0
Home  ›  Curhat  ›  Jalan-jalan

Tips Mudik Hemat Ala Ida Raihan

"Tips Mudik Hemat, Tips Mudik Dengan Budget Pas-pasan, Cara Mendapatkan Tiket Murah"

 

Tips+Mudik+Hemat

 Four years later…


Ya, sudah empat tahun.

Terhitung sejak Kamis, 08 Nopember 2018.

Akhirnya…

 

Ya. Setelah empat tahun tidak mudik dan menjenguk orang tua di Lampung, pada Kamis, 02 Juni 2022 ini kami bisa memenuhi panggilan kerinduan kepada orang tua di Lampung.


Udah gak lebaran kok mudik? Gak masalah, malah hematnya lumayan banget.

 

Berawal dari mengomentari postingan Lambe Turah di Instagramnya, tentang biaya pemudik yang tembus hingga dua puluh juta, saya me-repost dengan caption serupa yang intinya, “Jika mudik, kami juga akan mengeluarkan biaya sebanyak itu.” Yang kemudian saya beri tambahan, berupa curahan hati kebingungan saya saat itu. Keinginan memiliki hunian sendiri agar tidak menumpang lebih lama di rumah Ibu Mertua. Rencana mengontrak sementara, karena tabungan saya dan anak-anak jika digabungkan, baru cukup untuk membayar kontrakan selama satu tahun, di daerah Gresik.

 

Kemudian, kabar Mamak sakit untuk kesekian kalinya, benar-benar membuat saya cemas, karena beliau memang sudah sangat sepuh. Mamak dan Bapak sering bergilir masuk rumah sakit. Sebagai anak saya selalu merasa sangat tak berguna setiap kali menerima kabar itu, namun tidak bisa memberikan bantuan apa-apa. Ah, menuliskan ini sayapun menangis.


Saya bingung, dana sangat terbatas. Jenguk orang tua dulu, buat depe rumah, atau bayar kontrakan?

 

Postingan Lambe Turah yang saya re-post, mendatangkan banyak komentar. Salah satu komentar datang dari Mbak Laura Khalida (Laura Ariesta), seseorang yang saya kenal sebagai penulis buku (sekarang sih kayaknya bukan hanya nulis buku, tetapi banyak jenis lainnya – saya sungkan mau nanyanya :D )

 

“Duluin ortu, dari sana dana lainnya ngalir. Insya Allah”

 

Begitu komentar Mbak Laura.

 

Membaca itu, hingga larut malam saya masih terus memikirkannya. Bahkan hingga beberapa hari kemudian. Hingga akhirnya, hati saya mantap. Mbak Laura benar, sepertinya saya harus mudik dulu. Saya takut sekali jika sampai tidak bertemu orang tua saya lagi. Mamak saya juga pasti ingin melihat cucunya yang belum pernah ia temui. Saya juga ingin memeluknya, meminta restu kepada mereka, agar dimudahkan menjalani kehidupan kami saat ini dan seterusnya. Hati saya mantap, mendahulukan orang tua dari pada mementingkan keperluan kami. Saya yakin rejeki kami untuk memiliki hunian yang nyaman, akan datang pada waktunya.

 

Saat itu juga, saya memeriksa semua rekening saya. Yang mana yang ada uangnya. Berapa jumlahnya. Dompet dan celengan saya keluarkan. Alhamdulillah terkumpul dana sekitar 10 jutaan. Masih kurang dong untuk mudik pulang pergi empat orang Surabaya - Lampung. Soalnya yang bayik tiga tahun juga sudah terkena biaya full untuk kereta dan pesawat terbang. Terpaksa saya meminta suami untuk mencari dana tambahan dengan meminjam ke kerabatnya. Alhamdulillah dimudahkan.

 

Sayapun mulai menyusun rencana agar dana yang ada cukup untuk melakukan perjalanan menjenguk orang tua. Syukur-syukur jika dana tambahan yang berasal dari pinjaman tidak terpakai, dan bisa langsung dikembalikan begitu kami sampai di Surabaya lagi.

 

Pertama, yang kami lakukan adalah.

 

Hunting Tiket Murah

 

Yupz, dalam rangka berhemat, saya dan suami hunting tiket murah. Beberapa aplikasi online yang menawarkan tiket kami kunjungi untuk mengecek mana di antara mereka yang menjual tiket lebih murah. Kemudian menemukan salah satu dari mereka yang harganya lebih miring dibanding yang lainnya. Kami sepakat melakukan transaksi di sana, dengan dikenai biaya tambahan Rp. 25.000/orang demi peroleh kursi sesuai pilihan, dengan kapasitas bagasi 20kg/orang.


Mudik+murah


 

Memutus Dan Menyambung Perjalanan

 

Apa ya istilahnya? Ngeteng/ngecer kali ya?

 

Maksudnya gini, dalam rangka menghemat biaya, kami tidak langsung naik pesawat dari Surabaya ke Lampung, karena kalau dipaksakan, dana kami tidak cukup untuk biaya pulang pergi. Jadi dari Surabaya ke Jakarta kami naik kereta. Alhamdulillah harga tiket kereta terbilang sangat murah. Apalagi kami peroleh tambahan diskon 30% dari aplikasi penyedia jasa penjualan tiket.

 

Di lanjut dari Jakarta ke Lampung, baru kami naik pesawat. Ini kami lakukan karena ingin menghindari kapal laut. Selain itu anak-anak juga belum kuat jika kelamaan di mobil atau bus. Mereka bakal muntah-muntah.


Kemudian, dari bandara Radin Inten Lampung, kami masih harus naik travel untuk sampai di rumah orang tua kami.

 

Dengan cara ngeteng seperti ini, kami bisa menghemat biaya sekitar 40%. Lumayan banget kan?

 

Pasrah Pada Jadwal Moda Transportasi

 

Melakukan perjalanan tentu kita boleh menentukan waktu semau kita. Kapan sebaiknya dan nyamannya kita berangkat. Tetapi dengan dana yang terbatas, kita tidak harus memaksakan diri agar waktunya sesuai dengan kemauan kita kan? Mengalah pada keadaan dan mengikuti keberangkatan sesuai jadwal mereka tidak masalah, yang terpenting adalah keselamatan dan sampai tujuan.

 

Saat berangkat kemarin, kami peroleh jadwal kereta pada pukul 12:30, dan sampai di Stasiun Pasar Senen pukul 00:30. Berangkat pada waktu yang nyaman untuk orang tidur siang, dan sampai pada jam nyaman tidur malam. Hahaha.

 

Tak mengapa. Demi harga tiket yang murah, kami menjalaninya dengan bahagia. Yang penting bisa mudik dengan nyaman dan bertemu orang tua. Beruntungnya, saat itu Mas Ipar yang tinggal di Jakarta, datang menjemput di Stasiun Pasar Senen, serta mengantar kami ke bandara. Alhamdulillah, sampai sini kami lumayan menghemat pengeluaran (Sebelumnya, juga, dari rumah ke Stasiun Pasar Turi, kami diantar suami Mbak Ipar).

 

Setelah sholat isya di Stasiun Pasar Senen, kami langsung ke bandara karena dijadwalkan terbang jam 09:00. Maju satu jam dari jadwal yang seharusnya. Awalnya kami memesan tiket Lion Air, tetapi sekitar 10 jam sebelum penerbangan, kami peroleh pesan, bahwa penerbangan kami dimajukan satu jam dan berganti pesawat Jet Air.

 

Pilih Kelas Ekonomi

 

Naik kendaraan, apalagi yang jarak tempuhnya jauh dan lama, pasti inginnya yang peroleh pelayanan paling bagus dan nyaman kan ya? Begitu juga saya. Sayangnya, keuangan belum mendukung. Nah hemat versi saya selanjutnya adalah, memilih kelas yang ekonomi. Baik untuk pesawat maupun kereta.

 

Dari segi kenyamanan tentu jauh jika di bandingkan dengan kelas eksekutif di kereta, atau first class di pesawat. Jauuuh banget. Etapi, bagi saya, kelas ekonomi juga sudah sangat memadai dan nyaman. Apalagi kereta juga, sekarang sudah bersih, ber-AC, dan toiletnya juga sudah oke.




 

Menerima Bantuan Keluarga

 

Sesekali memanfaatkan saudara dengan suka rela juga tak mengapa kan? Jangan pikirkan macam-macam. Yakinlah, suatu saat kita juga bisa berguna, dan berkesempatan membalas kebaikan mereka. Aamiin.

 

Berkaitan dengan perjalanan mudik, kami menerima tawaran antar jemput dari keluarga suami. Seperti yang sudah saya singgung di atas, ketika akan berangkat, dari rumah ke stasiun Pasar Turi suami Mbak Ipar, putrinya, dan ibu mertua saya ikut mengantar kami ke stasiun (begitu juga saat pulang, mereka menjemput kami). Duh betapa baiknya mereka. *sungkem dah, selama ini dah jadi menantu yang kurang baik. Banyak merepotkan. Huhu… (Salah satu hal yang membuat saya ingin segera pindah rumah adalah, agar tidak terus-menerus merepotkan mereka. Huhu…)

 

Kemudian, di Stasiun Pasar Senen, kami dijemput Mas Ipar dan diantar ke bandara, Eh masih dikasih amplop dan dibeliin koper Gaes. Hihi… (soal koper akan saya ulas di postingan berikutnya, insya Allah). Pulangnya, kami singgah di Depok, kemudian diantar Mas Ipar lagi ke Stasiun Pasar Senen dua hari kemudian.

 

Di bagian ini, kami juga jadi menghemat beberapa ratus ribu. Alhamdulillah.

 

Membawa Cukup Bekal Makanan

 

Point ini menjadi sangat wajib bagi kita yang hendak melakukan perjalanan jauh, dan membawa anak, dengan budget yang pas-pasan.

 

Ketika akan berangkat, Ibu Mertua sudah mewanti-wanti agar kami membawa makanan yang cukup dari rumah. Dan saya melakukannya. Hanya saja, tidak bisa full perjalanan, karena mempertimbangkan ketahanan makanan itu sendiri. Kami hanya membawa dua porsi yang sedianya untuk makan di kereta hingga malam. Setidaknya itu bisa menekan biaya konsumsi. Sedangkan camilan, kami membawa lumayan banyak, yang sebagian besarnya adalah kue buatan ibu Ibu Mertua. Membawa banyak camilan, bukan berarti kami sama sekali tidak jajan di kereta. Kami tetap membeli kopi untuk saya, air mineral, dan dua porsi makanan berat untuk kedua anak kami, serta dua bungkus ciki. Semua itu harganya ada yang dua, ada juga yang tiga kali lipat. Beda-beda ya, Gaes.

 

Nah, di bandara karena tidak memungkinkan untuk membawa banyak bekal, kamipun membeli makan lagi. Tentu saja harganya berlipat-lipat dari harga di luar. Nasi goreng misalnya, jika di tempat kami, satu porsi bisa diperoleh dengan harga antara Rp. 12.000 – 15.000 saja, di bandara saya harus mengeluarkan Rp. 49.500 untuk mendapatkannya. Lumayan jauh kan ya harganya?




 

Lakukan di Hari Kerja

 

Bagi sebagian orang mungkin ini tidak cocok karena harus bekerja. Atau memiliki anak yang sekolah. Kebetulan anak kami belum ada yang sekolah. Sementara kerja suami tidak terikat. Jadi doi bisa mengambil cuti untuk mudik kali ini.

 

Saat Ramadhan kemarin orang-orang disibukkan dengan agenda rutin mudik lebaran. Sejujurnya, saya juga sangat ingin bisa melakukan hal serupa. Sayangnya, setelah searching tiket, dan berhitung, dana kami sangat jauh dari cukup. Suami sempat mengusulkan menggunakan Paylater untuk pulangnya. Namun saya keberatan. Saya tidak mau dipusingkan dengan pinjaman-pinjaman. Apapun bentuknya. Saat terpaksa harus pinjam ke kerabat, tentu kami memilih yang tanpa resiko dan tidak menekan. Jadi bebannya lebih ringan, dari pada pinjam di tempat lain.

 

Setelah searching tiket pada Ramadhan lalu, kami akhirnya menyerah, dan tidak memaksakan mudik, karena butuh dana dua puluh juta lebih jika kami melakukannya. Bisa tembus dua puluh lima juta sepertinya. Alhasil kami memutuskan mudik setelah pemudik lain tidak lagi membanjiri jalanan dan transportasi. Alhamdulillah dengan begitu, kami sudah berhemat banyak, selama kurang lebih 10 hari mudik. 02 Juni 2022 – 12 Juni 2022.

 

Bagaimana pengalaman mudikmu, Gaes? Yuk berbagi cerita…

 

Ida Raihan

Surabaya, Sabtu, 18 Juni 2011 (18:01)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


23 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS