0
Home  ›  Tidak Ada Kategori

Tips Hadapi Resesi Global

Resesi Global, WFH, Work From Home, DirmahAja

Resesi Global, membaca definisinya saja sudah merinding, gemetar dan nyaris menangis. Rasanya saya tidak ingin menuliskannya. Tetapi saya harus, karena sebuah komitmen dari apa yang telah saya sepakati bersama teman-teman blogger.



Apa sih resesi global? Resesi global adalah: 
Menurut KBBI, resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri): -- telah menimbulkan pengangguran di negara-negara industri; -- ekonomi, kelesuan ekonomi.

Serem kan ya kalau harus mengalami hal semacam itu?

Jadi, resesi global adalah terpuruknya perekonomian yang meluas. Atau enaknya ngomong "kebangkrutan", seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada sekitar tahun 1998, ketika Presiden Soeharto diturunkan. Dolar yang semula hanya Rp. 2.500, melonjak menjadi tidak kurang dari Rp. 10.000. Indonesia mengalami krisis moneter di kala itu. Sedangkan saat ini, resesi global ini terjadi hampir di seluruh dunia.

Saya ingat sekali di tahun itu, saya sedang diungsikan di rumah nenek, tinggal sama nenek, bibi, paman, dan anak-anak mereka. Makan sekadarnya, karena kebutuhan hidup yang serba mahal, dan susah didapat. Terkadang, bisa makan singkong rebus yang keras saja rasanya sudah sangat nikmat. Dan itu didapat oleh bibi dan Lilik dengan cara yang tidak mudah, karena harus ke gunung dengan melewati hamparan sawah dan ladang. Ah, semoga kelak saya bisa membalas perjuangan mereka rersebut.

Kembali ke laptop. Layar hape tepatnya. *menyeringai imut.

Mencuatnya wabah corona, atau covid-19 sejak akhir tahun lalu, membuat masyarakat semakin was-was terhadap kesehatan diri dan keluarganya. Bagaimana tidak? Setiap hari terus bertambah pasien yang tertulari, bahkan hingga yang tak bisa diselamatkan. Beruntung di beberapa daerah, pemerintah segera mengambil tindakan untuk melindungi masyarakatnya dari serangan virus yang mematikan ini. Di antaranya, Jakarta dan beberapa wilayah lainnya.

Meliburkan anak sekolah selama dua minggu, dan menghimbau masyarakat untuk stay at home kalau tidak benar-benar ada keperluan mendesak.

Upaya pemerintah ini sudah sepatutnya kita dukung, dan patuhi. Sayangnya masih ada saja masyarakat yang memandang remeh, sehingga masih membiarkan anak-anaknya keluyuran, bermain, bahkan konon kabarnya tidak sedikit yang sengaja liburan. Padahal tujuan pemerintah meliburkan sekolah selama 2 minggu adalah upaya pencegahan agar si wabah corona tidak meluas.

Hingga saat ini, ada beberapa daerah dinyatakan sebagai zona merah karena tingkat penduduknya banyak yang terkena.

Lalu, persiapan apa yang telah saya lakukan untuk menghadapi resesi global ini? Pufh… saya akan menghempaskan napas panjang jika ditanya begitu, karena saya belum memiliki persiapan sama sekali. Hanya melakukan beberapa step yang saya mampu agar bisa tetap bertahan.

Pertama: Tidak Manja
Jika sebelumnya saya sedikit manja dengan meminta bantuan suami untuk di rumah saja, membantu saya mengurus dua bocah yang super aktif, setiap kali sakit kepala saya kambuh, yang akhirnya berimbas pada pendapatan harian (iyah, suami ojek online yang jika berangkat narik ya dapet uang buat belanja esoknya, jika tidak narik ya terpaksa besoknya tidka belanja), maka kali ini saya tidak boleh lagi bermanja-manja meminta suami tetap di rumah meskipun saya sakit.

Anak pertama kami, memang sangat aktif, meskipun cewek, dia suka sekali bermain permainan yang identik dengan yang biasa dimainkan oleh cowok. Seperti lari, manjat, main bola, dan lain-lain, Makanya butuh orang yang sehat untuk mengejarnya ketika dia berhasil memanjat.

Tetapi dengan ancaman resesi global ini, saya akhirnya mengalah dan membiarkan suami berangkat kerja agar tetap peroleh uang untuk menutupi kebutuhan dan berharap bisa menabung untuk persiapan ke depan.

Kedua: Berhemat.
Berhemat menjadi salah satu cara yang bisa saya lalukan untuk menghadapi ancaman resesi global. Dengan harapan jika menghemat bisa menjadi cara agar bisa menabung sedikit uang tentu akan sangat bermanfaat ke depannya.

Ketiga: Tambahan Penghasilan
Tentu saja, meskipun saya hanya sebagai ibu rumah tangga, tetap saya tidak bisa dan tidak mau hanya mengandalkan penghasilan dari suami saja. Apalagi penghasilan suami sebagai ojek online tidak menentu. Kadang sehari bisa berpenghasilan lumayan, terkadang juga bisa tidak dapat sama sekali. Karena itulah saya juga harus memiliki penghasilan.

Yang saya lakukan agar bisa peroleh penghasilan dan tanpa meninggalkan rumah dan anak-anak adalah Work From Home (WFH), karena memang saya #DiRumahAja bersama mereka setiap hari. Saya bisa berjualan online. Membuka online shop dan memasarkan produk dari beberapa kenalan.

Selain itu, saya juga masih aktif menulis sebagai blogger, dan aktif di sosial media seperti facebook, instagram, dan twitter, yang terkadang peroleh uang dari saja. Alhamdulillah.

Keempat: Tidak Menolak Job
Hampir semua job yang datang saya terima selama itu tidak bertentangan dengan hukum. Baik hukum keyakinan yang saya anut, maupun hukum negara. Bahkan job receh sekalipun saya akan mengambilnya. Karena saya yakin, nominal besar juga berawal dari angka kecil. Kita tidak pernah tahu, dari mana rezeki akan didatangkan oleh Allah, siapa tahu dengan tidak menolak job receh, kelak Allah kirimkan rejeki besar oleh sebab yang kecil. Ye kan?

Sementara itu dulu persiapan saya hingga saat ini. Tidak lupa bersoa, semoga musibah dari "tamu tak diundang" ini segera berlalu. Apa pun namanya, COVID - 19, CORONA, semoga segera pergi. Sehingga tidak akan terjadi kekhawatiran yang berlebih pada ummat manusia.

Bagaimana persiapanmu, Gaes?

17 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS