0
Home  ›  Kehidupan

Tradisi Berbagi Bubur di Kalisari



Yang namanya tradisi terkadang memang membingungkan bagi orang baru seperti saya. Sejak tinggal di Surabaya, rasanya hampir setiap hari ada saja yang  mengantar makanan ke rumah. Satu dua nasi box. Lontong sayur, atau mie goreng, seringnya sih bubur.

Jenis bubur yang mereka antar pun beda-beda. Ada yang bubur beras dengan warna gula merah campur bubur beras warna putih topping santan. Ada yang bubur beras putih, manis gurih, yang di dasarnya terdapat nasi ketan. Dengan topping remasan kerupuk warna warni, irisan cabe merah besar, irisan telor goreng tipis, dan tempe dadu goreng. Ibu mertua mengatakan itu bubur Suroan. Adanya di bulan As Syura.

Ada pula bubur dari berbagai campuran. Tepung sagu, kacang hijau, mutiara, sumsum.



Dan yang terakhir, bubur tepung warna coklat, terdapat candil ketan dan nangka di dalamnya. Siram santan kental di atasnya. Ibu mertua mengatakan, itu bubur syafar. Adanya di bulan Syafar.

Menurut ibu mertua, sudah menjadi tradisi di kampung Kalisari - Surabaya ini berbagi bubur di bulan-bulan tertentu. Unik sih, tetapi sebuah tradisi tentu lebih baik jika tak dipertanyakan. Anggap saja mereka berbagi rejeki.

Khusus di bulan Syura, warga di sini juga mengadakan kegiatan "sedekah bumi". Warga berkumpul di satu tempat dengan membawa makanan, untuk dimakan bersama-sama. Kegiatan ini biasanya diisi dengan pengajian, sholawat nabi, dan lain-lain yang berkaitan dengan keagamaan. Kebetulan di tahun pertama saya di sini, saya tidak bisa hadir di acara sedekah bumi tersebut, padahal lokasinya sangat dekat. Kalo tidak salah waktu itu karena saya mendadak sakit kepala.

Bagaimana dengan tradisi di desamu, Mak?
24 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS