0
Home  ›  #Bahagia  ›  #bloggermom  ›  Kehidupan  ›  Keluarga

Melibatkan Anak Pada Pekerjaan Harian

Saat ini, tidak sedikit orangtua yang mengeluhkan anak-anaknya yang sudah tumbuh remaja tidak mau atau tidak peduli dengan pekerjaan rumah. Jangankan memasak, membereskan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, menyapu atau mengepel, sekadar untuk mencuci pakaian sendiri pun banyak yang masih dilakukan orang tuanya.

Bantu ngirisin bawang


Sebagian remaja lebih memilih sibuk jalan bareng teman-temannya atau sekadar tiduran di sofa sambil bercengkrama dengan ponsel mereka dibanding membantu pekerjaan orang tuanya. Itu bisa disebabkan karena mereka tidak tahu jika seharusnya meteka membantu pekerjaan tersebut. Tidak sedikit yang akhirnya baru menyadari ketika mereka telah dewasa dan tinggal bersama keluarga baru. Suami atau dengan mertua.
Bantu ngulek bumbu


Ada beberapa mertua yang bisa memaklumi, dan mau mengajari. Tidak sedikit pula mertua yang membiarkan saja menantunya tidak mengerjakan apa-apa di rumah mereka. Tetapi tidak sedikit pula, mertua yang cerewet dan bakal menuntut menantunya bisa mengerjakan semuanya.

Bersyukurlah ya, jika mendapat mertua type pertama dan kedua. Tetapi ingat, jika dalam keluarga mertua masih ada ipar, karena sebagai menantu pasti akan menjadi bahan perhatian keluarga. Mungkin ada ipar yang juga cuek, tetapi jika iparnya type sayaaaa, saya tidak bisa diem ngeliat ada anggota baru tidak melakukan apa-apa di rumah orang tua saya. Karena itulah dikpar tidak betah di rumah sayah. Hehe...

Nangkring usai packing barang


Sebagai seorang ibu yang memiliki anak perempuan, tidak ingin donk memiliki anak yang tidak tahu tugas-tugas ringan rumah tangga saat di rumah mertua kelak? Karena itu membiasakan anak dengan pekerjaan rumah tangga sedini mungkin sebaiknya memang dilakukan.

Sebagian emak, mungkin akan teriak dan marah ketika anaknya membuat berantakan rumah. Ikut-ikutan sibuk ketika emaknya beberes rumah, masak dan sebagainya. Sehingga demi ingin mempertahankan kerapihan emak biasanya akan melarang ketika anaknya ikut-ikutan memasak, atau menyapu. Itu pula yang sebelum-sebelumnya saya lakukan, ketika batita saya ikut sibuk ambil pel-pelan ketika saya menyapu. Ikut-ikutan nyiangi sayuran maupun bumbu ketika akan memasak. Dan ikut sibuk ketika emaknya ini hendak mencuci perabot dapur.

Bantu nyiangi sayuran


Seiring berjalannya waktu, saya sadar, bahwa moment kedekatan dengan anak tidaklah lama. Momen di mana anak akan mau ikut-ikutan ngerecokin emak di dapur dan urusan beberes rumah juga sangat sebentar. Akan tiba masanya dia tumbuh remaja dan memiliki kesibukan bersama teman-temannya. Kesibukan dengan dunianya sendiri. Pada saat itulah dia mulai enggan membantu pekerjaan rumah emaknya. Lalu ia tumbuh dewasa, sekolah, kuliah, lalu menikah. Emak pun merasa waktu begitu cepat berlalu. Anak-anak pergi bersama keluarga mereka masing-masing.

Ada yang setiap hari masih bisa bertemu, ada yang bulanannbahkan tahunan baru bisa bertemu lagi. Kebersamaan menjadi kesempatan yang langka dan saangat berharga.

Ah... sedih ngebayangin semua itu ya... Semoga kelak anak-anak masih terus bisa membersamai orangtuanya ini.

Ini yang saya lakukan untuk mempersiapkan kehidupan anak kelak, jika suatu hari harus hidup mandiri.

- Melibatkannya dalam setiap aktivitas di dalam rumah.
Seperti memasak, nyiangi sayuran, memilah bumbu, dan menumis. Kalau goreng-goreng belum berani ya, secara si bocil belum genap 2 tahun.

- Tidak melarangnya jika dia hendak ikut-ikutan menyapu, mengepel, mencuci.

- Mengajarinya melipat pakaian, menaruh bekas makan dan minum sendiri pada tempatnya. Mengajarinya membereskan tempat tidur setiap pagi.

Dengan begitu, diharapkan kelak anak sudah siap ketika harus berpisah dari orangtuanya untuk tinggal dengan keluarga barunya.


48 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS