0
Home  ›  Cullinary  ›  Curhat

Rindu Jakarta


FROM JAKARTA - BACK TO LAMPUNG. Rasanya bedaaa banget. Dan lebih terasa dua hari ini karena saya terpaksa harus menginap di rumah sakit. Mamak dan Bapak saya kecelakaan dan harus mendapatkan perawatan medis dua-duanya.



Di rumah tidak ada orang karena kami harus berbagi tugas menjaga Mamak dan Bapak yang dirawat di RS berbeda karena penanganannya juga berbeda. Ayah dirujuk ke RS yang lebih besar, sedangkan mamak masih bisa dihandle oleh RS terdekat.

Tidak ada yang mengirim makanan untuk kami. Jadilah kami harus mengusahakan sendiri. Nasib jeleknya di Lampung tempat saya tinggal, penjual makanan maasih sangat terbatas. Sehingga untuk menemukan soto saja kami harus motoran agak jauh. Karena juga harus mempertimbangkan kebersihan tempat berjualannya. Dalam keadaan begini, saya rindu Jakarta. Di sana, untuk makan apa saja, kita cukup 'membuka pintu rumah'. Mau yang lewat ataupun yang di restoran sangat mudah untuk dijangkau. Mudah ditemukan.




Malam masih mending, ada yang jualan ayam penyet tidak jauh dari tempat Mamak dirawat. Dengan sambel yang beda dengan Jakarta tentu. Kalo di Jakarta sambalnya lebih menonjolkan terasi dan tomat, di sini sambalnya lebih terasa ke kecap. Kalau dari segi ayam rasa sama. Lalapan sama (Yaelaaah, ya iyalah, yang namanya kol, kemangi, mentimun mentah mau ke luar negeri juga sama kali Maaak. Hihi...). Terakhir harga, sama dengan Jakarta. Masih di angka Rp. 15.000/porsi. Cuma di sini, ada bonus sayur asemnya Bru...

Makan malam selesai dengan penyetanlah ya. Giliran sarapan nih. Lagi lagi harus pusiiing. Yaelaaah urusan perut aja lebay!

Penting Bray, kata Ihsan di serial Upin Ipin tu, "Perut kenyang, hati senang." 😄

Sarapan kita kembali bingung mau makan apa. Jangankan pagi, siang dan malam aja susah ya cari makanan mateng mah di sini. Mie Ayam dan Bakso yang banyak. Saya ngebayanginnya aja dah eneg duluan perut. Maklumlah lagi on angkatan. :D

Akhirnya kami nemu nasi uduk. Satu porsi Rp. 5000. Dengan lauk sepotong telur dadar, sambal, dan taburan bawang merah. Ya. Nasi uduk di sini, harganya memang murah meriah, tetapi beda isilah sama yang di Jakarta. Nggak ada semur jengkol, nggak ada semur kentang ama tahu, nggak ada tumis bihun apalagi orek.


*Catatan Rindu Jakarta
56 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS