BLANTERVIO103

Perangi Kejahatan Siber Perbankan, Dengan Menjadi Nasabah Bijak

Perangi Kejahatan Siber Perbankan, Dengan Menjadi Nasabah Bijak
10 September 2022

 


Cara+Melaporkan+Penipuan+Online


Seorang pria setengah baya, sambil memegangi sebuah troli, berdiri di antara rak barang display, di supermarket suatu kota. Sekilas pandangannya seperti tengah memperhatikan lalu-lalang pengunjung yang sedang memilih belanjaan. Anehnya, setelah sekian menit berlalu, pria itu masih tetap mematung dan terlihat kosong. Penasaran, saya yang ketika itu berstatus sebagai SPG pun mendekatinya.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” Sapa saya. Pria itu mengerjap dengan cepat beberapa kali. Menatap untuk beberapa menit. Ia baru saja tersadar dari lamunannya, kemudian mendesah.

“Mari saya bantu, Pak,” lanjut saya. Pria itu mengangguk, kemudian berjalan sambil mendorong sendiri trolinya. Saya mengikuti di sampingnya. Menunggu barangkali ia ingin bercerita.

“Saya habis kena tipu, Mbak,” katanya kemudian, pelan.

"Hah?" Saya tercekat.

“Sepuluh juta uang saya di rekening amblas.” Pria itu terlihat lesu. Dalam hati saya berseru, “kok bisa?” tetapi bibir ini tak kuasa untuk mengungkapkan itu. Bukankah pertanyaan tersebut lebih terdengar seperti judgment untuk kecerobohannya? Sebagai gantinya, saya berucap, “Yaa Allah, Pak. Bagaimana kejadiannya?”

 

Bapak itupun menceritakan kronologinya. Sebuah panggilan dari nomor tanpa nama masuk ke ponselnya. Menginfokan bahwa anaknya mengalami kecelakaan, dan sangat membutuhkan pertolongan segera. Si Bapak diminta segera mentransfer sejumlah uang, untuk biaya pengobatan, jika ingin anaknya selamat. Demi si anak, Bapak itu langsung mengikuti petunjuk dan permintaan si penelepon, hingga menyebabkan uang yang ia kumpulkan sekian lama raib dalam beberapa menit.

 

"Sabar ya, Pak." Hanya kalimat 'ajaib' itulah yang bisa saya ucapkan di ujung cerita Bapak itu. Pasti sangat sakit mengetahui uang yang ia kumpulkan dengan susah payah, dan rela berhemat, tiba-tiba lenyap karena kejahatan orang lain. Membayangkan saja, Nyeseknya sudah taktertahankan.

 

Sayangnya, kejadian seperti itu bukan cuma dialami satu dua orang. Kamu pasti juga sering mendengar cerita, kasus seperti yang dialami Bapak itu bukan? Atau malah kamu sendiri yang mengalaminya. Naudzubillah ya, semoga tidak ada lagi kejadian serupa di kemudian hari.

 

Indonesia, Satu Dari Sepuluh Negara Sarang Penipuan Online



Penipuan secara online sebenarnya bukan kasus baru. Di Indonesia sendiri, sudah ratusan ribu orang yang menjadi korbannya. Menurut laporan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ada 7.047 kasus penipuan online sejak 2016 - 2020. Sedangkan Kominfo mencatat per September 2021, ada  115.756 kasus penipuan di sektor jual beli online. Ugh… banyaknyaaa..

 

Laman berita CNBC Indonesia menyebutkan, bahwa, negara yang saat ini kita junjung tinggi nilai kemanusiaannya ini, adalah satu dari sepuluh negara yang menjadi sarang penipuan online! Wow… *pengen deh baca mantra bim salabim, lalu menyulap seluruh masyarakat Indonesia menjadi kaya raya, agar tiada penipu lagi.

 

Jadi, dengan adanya kejadian dan informasi tersebut, sudah saatnya kita lebih berhati-hati. Bentengi diri dan keluarga kita dari kejahatan siber, dengan terus upgrade pengetahuan, dan membagikannya kepada masyarakat lainnya. Kita bisa menjadi penyuluh digital bagi masyarakat sekitar, terutama kepada para orang tua yang belum cukup memiliki pemahaman mengenai kejahatan siber ini.

 

Ragam Penipuan Online Yang Sering Terjadi


 

Menjadi nasabah bijak bukan hanya harus pandai berhemat dan menabung. Namun juga harus peduli terhadap masyarakat sekitar, terutama terhadap mereka yang belum tersentuh literasi digital. Mengedukasi orang-orang di sekitar agar waspada terhadap kejahatan siber yang mengancam. Mengajari mereka cara melindungi data pribadi, harta, keluarga, dan uang yang dimiliki.


Lalu apa saja sih kejahatan siber itu? Banyak. Namun di sini, saya hanya akan menyebutkan beberapa yang pernah saya dan beberapa kenalan, alami ataupun dengar. Lanjut baca yaaa.


Penipuan Mengatasnamakan Bank


Penipuan mengatasnamakan sebuah Bank, dengan iming-iming hadiah. Hal itu pernah terjadi pada saya. Ketika itu saya baru melahirkan anak bungsu. Kondisi ekonomi sedang berada di titik bawah. Saat sedang tidur, tiba-tiba ponsel berbunyi, seseorang dengan suara nyaman khas customer service sebuah lembaga, menelepon dan mengucapkan selamat. Suara pria itu mengaku dari Bank BRI. Menyampaikan bahwa saya memenangkan kulkas yang jika dirupiahkan nominalnya lumayan besar. Sejenak saya berharap.


"Ibu ini hadiahnya mau di uangkan saja atau diambil sendiri barangnya?" Begitu pertanyaan lanjutan dari si penipu.

"Pilih uang saja dong." balas saya, yang saat itu masih dalam kondisi setengah sadar.

"Baik, Ibu. Nanti uangnya akan otomatis masuk ke rekening BRI Ibu, tolong informasikan angka yang baru saja masuk ke SMS di hape Ibu ya?"

"Ohya, nanti ya, hape saya yang untuk sms banking ada di ponsel lain," balas saya. Kemudian orang itu mematikan panggilan. Tidak lama kemudian, kode OTP masuk ke SMS saya. Sampai beberapa menit saya masih belum sadar. Justru mengkopi paste kode tersebut, dan memgirimkan ke sebuah grup WhatsApp.

"Mbak, itu kan kode OTP!" Salah seorang teman di grup mengingatkan. Saat itulah saya baru sadar.

 

Pencurian Data Melalui Phising

 

Phising adalah bentuk kejahatan online selanjutnya. Biasanya pelaku akan menggunakan email, SMS, atau kotak pesan di sosial media. Pelaku akan mengirimkan pesan dengan menyertakan link yang mirip dengan website suatu instansi untuk meyakinkan bahwa link yang ia berikan adalah resmi. Biasanya para penipu itu hanya menambahkan atau mengubah satu huruf dan angka saja, sehingga link benar-benar mirip dengan aslinya. Jika korban mengeklik link tersebut, maka bersiaplah dengan resiko berbahaya yang akan datang. Jadi, Gaes, lebih jeli lah melihat hal-hal semacam ini, agar data pribadimu aman, dan uangmu tidak terkuras oleh para penjahat dunia maya.


Memanipulasi Pikiran Dan Perasaan Calon Korban

Semacam Social Engineering. Sebuah tindakan di mana pelaku akan mempengaruhi psikologi targetnya, dengan memanipulasi pikiran dan perasaannya. Bisa dengan membuatnya bahagia atau panik, dengan tujuan untuk memperoleh data pribadi yang terjaga. Persis seperti yang sudah dialami bapak-bapak yang saya ceritakan di awal tulisan ini.

Modus Jual Beli Online


Salah satu penipuan yang terjadi di jagat maya adalah transaksi online jual beli. Penipu biasanya menggunakan dua cara.

 

Pertama,  jika kamu adalah pembeli,  dan melakukan transaksi melalui e – commerce, mereka akan mengirimi kamu pesan whatsapp, dan mengajak untuk melakukan transaksi di luar e – commerce tersebut. Jangan mau.

 

Kedua, jika kamu adalah penjual online, biasanya penipu akan sangat cepat memberi kabar telah menstransfer uang ke rekeningmu, dengan menyertakan struk pembayaran yang nominalnya melebihi yang seharusnya. Kemudian, ia akan kembali menghubungimu, dan mengatakan, kelebihan dana. Kamu diminta untuk mengembalikannya. Jangan mau.

 

 Sebaiknya cek dulu saldomu. Benarkah sudah ada uang masuk? Kemudian, cek nomor rekening tujuan. Kamu bisa mengeceknya di, cekrekening.id, untuk mengetahui apakah rekening tujuan terindikasi kejahatan siber atau tidak. Jika iya, kamu bisa melaporkannya ke Bank terkait untuk ditindak lanjuti.


Agar Terhindar Dari Penipuan Online


 

Saat ini, banyak orang merasa dimudahkan dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Namun seperti pisau bermata dua, bukan hanya dampak positif yang bisa didapat oleh penggunanya, tetapi juga dampak negatif. Intinya tetaplah bijak dalam menggunakan kemajuan dan kecanggihan teknologi, agar tetap aman dan terlindungi.

 

Beberapa langkah berikut bisa kita lakukan untuk melindungi diri dari kejahatan siber.

 

Jangan Mudah Percaya

 

Seorang teman mengirimi saya sebuah pesan melalui whatsapp. Sebuah permintaan agar saya meminjamkan uang sebesar Rp. 200.000.

“Telpon,” balas saya.

“Sibuk, chat saja napa sih.” Jawabnya. Saya pun langsung mengabaikannya. Sudah banyak sekali kejadian, kasus seseorang kehilangan ratusan ribu hingga jutaan akibat percaya pada pesan yang dikirimkan oleh nomor orang terdekat mereka. Padahal penipuan saat ini juga sama canggihnya seiring perkembangan teknologi. Sebaiknya crosscheck dulu sebelum melakukan transaksi keuangan dengan seseorang. Jika dirasa sudah benar-benar, tidak ada yang salah, baru lakukan. Hal ini berlaku juga untuk teman di sosial media kita. Jangan mudah meminjamkan uang kepada orang yang menggunakan akun sosial media, meskipun dia akrab dengan kita, karena bisa saja akunnya sedang diambil alih oleh penjahat online.

 

Jangan Tergoda Dengan Iming-Iming Hadiah

 

“Selamat Ibu, Anda mendapatkan  hadiah mobil Avanza dari undian berhadiah bla, bla, bla”  Wow, mobil. Siapa sih yang tidak mau?

Hal ini terjadi kepada tetangga saya, seseorang meneleponnya, mengabarkan bahwa dia mendapatkan hadiah sebuah mobil. Ia dimintai agar menstransfer sejumlah uang untuk membayar pajaknya lebih dulu, dan mobil akan diantar. Sayangnya, ia langsung percaya. Menjual asset yang dimiliki, untuk memenuhi permintaan si penipu. Alhasil uang jutaan rupiah dari menjual asset, hilang tanpa bekas. Sedangkan mobil yang dijanjikan, tidak pernah datang.

  

Jangan Sembarangan Klik Link

 

Kamu pasti pernah peroleh pesan dari nomor yang tidak dikenal, yang mencantumkan sebuah link dan menganjurkan untuk di klik. Sebaiknya abaikan, atau langsung dihapus saja. Jangan pernah mencoba untuk mengeklik linknya, jika tidak ingin mendapati data pribadi atau nomor teleponmu disalahgunakan orang lain.

 

Jangan Memposting Sesuatu Yang Menarik Penjahat


Cara berikutnya untuk menghindari kejahatan siber adalah, dengan tidak memposting apapun yang dapat menarik penjahat untuk melakukan kejahatan terhadapmu. Misalnya memarkan harta, memamerkan saldo rekening, atau data pribadi lainnya.


Laporkan Kejahatan Siber


Terakhir, jika kamu atau keluargamu mengalami kasus penipuan, langsung laporkan saja ke pihak berwenang. Bisa ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kepolisian, atau pihak Bank terkait. Dengan adanya laporan yang didukung dengan bukti-bukti, pihak Bank dapat membekukan akun rekening yang terindikasi penipuan, dan mengembalikan uang kepada korban.

Share This Article :
Ida Raihan

TAMBAHKAN KOMENTAR

Click here for comments 27 comments:

  1. Terima kasih sudah berbagi, Mbak. Saya pun pernah mengalami kejadian serupa, sebagai penjual mendapatkan pembeli yang mentransfer kelebihan saat belanja.

    Yang bikin lengah waktu itu dicek memang uangnya masuk dan ada di mutasi, tapi ternyata ybs melaporkan ke bank bahwa terkena kasus penipuan. Jadilah dananya pending dan baru ngeh 4 hari kemudian. Alhamdulillah masih rejeki jadi bisa balik lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah kucu ini Kak. Pan dia dewek yang transfer ya, kok jadi nuduh penipuan. Aneh, huhu...

      Delete
    2. Apakah ini kejadian di hari Jumat kak? Aku pernah baca modus mirip ini. Jadi si penipu trf betulan tapi kemudian dicancel (aku lupa, dia telp call center atau ada menu utk cancel trf). Jadi dana batal ditrf tapi sudah muncul di mutasi penerima. Nantinya akan ada perbedaan antara jumlah saldo di m banking sama di atm. Agak ga masuk akalku yg orang awam ini..kok bisa sistemnya gitu.

      Delete
  2. Celah untuk jadi korban kejahatan siber perbankan mungkin banyak, tapi cara buat melawannya juga banyak. Langkah-langkahnya jelas, tinggal kita lakukan, dan tetap selalu waspada. Karena penjahat siber terus tumbuh dan canggih seiring canggihnya teknologi digital.

    ReplyDelete
  3. Paling seerem emang kalo kena cybercrime yang berhubungan dengan mbanking deh mbak, amit amit! Aku sendiri pernah punya pengalaman tidak menyenangkan dengan ATM BRI di pasar, jadi sejak itu berhati hati sekali

    ReplyDelete
  4. cyber crime memang makin beragam ya mba dan pastinya kita harus paham dengan berbagai rambu - rambu yang ada untuk menghindari masalah perbankan

    ReplyDelete
  5. Sering ngga tega banget kalau liat orang tua yg sering kena penipuan. Phising juga rame banget. Pokoknya hati2 kalau kita suruh kirim kode OTp atau dapet pesan ngga masuk akal berbau angin surga. Soalnya kejahatan siber lagi marak dan sebagai nasabah bikah kita harus cerdas biar ngga mudah tertipu.

    ReplyDelete
  6. jangan sampai kita menjadi korban ya mba.. perlu extra vigilant dan pham dengan seluk - beluk kejahatan ini

    ReplyDelete
  7. Ngeri ya, Indonesia merupakan salah satu negara sarang penipu online. Tapi orang kaya pun bisa jadi penipu kok mbak, justru bisa jadi penipuannya malah lebih terstruktur, melibatkan jaringan dan juga teknologi.

    ReplyDelete
  8. Kejahatan siber marak di mana-mana. Kemarin, aku dapat telepon dari seseorang yang menginfokan bahwa aku punya tunggakan. Padahal mah ga sama sekali. Duh, takut terhipnotis, langsung aku tuutp saja teleponnya. By the way, bagus ini BRI mensosialisasikan cara menjadi nasabah bijak agar terhindar dari manipulasi dan kejahatan perbankan.

    ReplyDelete
  9. Bapak itu seperti dihipnotis ya mbak Ida, ibu mertuaku nyaris ngalami hal serupa. Beruntungnya mba iparku pulang dari belanja, melihat ibu nangis sambil bercerita dan minta diantar ke ATM. Gagal deh modus calon penipu, katanya cucunya jatuh di sekolah dan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Kok penipu ya tahu kalo cucu ibu tinggal satu rumah, untung-untungan sih kayaknya. Kayak kena jebakan gitu.

    Kalo aku pernah ditipu gitu, bilang anakku kecelakaan. ya gak percaya karna saat itu aku lagi nungguin anakku di rumah sakit. Aku langsung bilang ke orang yang nelpon, kalo nipu jangan goblok2 lah, hihiii. Langsung dimatikan telponnya

    ReplyDelete
  10. Kejahatan siber semakin banyak di Indonesia, terutama penipuan rekening2. Lha gimana pemerintahnya juga gak melindungi data rakyatnya huhu.
    Yg paling bener seminim mungkin jgn umbar2 data, apalagi nama kandung dan NIK KTP, karena kombinasi keduanya bisa serem di tanga "orang kreatif". Semoga kita dijauhkan dari penipuan krk gini yaa.

    ReplyDelete
  11. Duh sedih banget emang kehilangan sepuluh juta karena menjadi korban kejahatan siber ya mba. Semoga pelakunya segera ketangkap dan komplotannya juga tertangkap! Bagaimanapun memang kita harus lebih berhati hati ya mba

    ReplyDelete
  12. Cyber crime modusnya kian beragam.
    Dibutuhkan sikap bijak dan selalu waspada ya
    Supaya ngga jadi korban

    ReplyDelete
  13. Kejahatan siber ini memang meresahkan ya data pribadi kita sudah disebar hacker, semoga pemerintah dan pihak perbankan lebih peduli lagi pada keamanan perbankan ini dan lebih menguatkan keamanan ya.. sekaligus nasabah juga diedukasi

    ReplyDelete
  14. Pisau bermata dua ya teknologi ini. Satu sisi memudahkan kita untuk melakukan apa pun. Segala sesuatu bisa dikendalikan dalam satu genggaman. Tapi di sisi lain, kemudahannya bisa membawa risiko yang pada akhirnya merugikan kita. Satu-satunya cara untuk bisa aman ya dengan jadi nasabah bijak. Jangan mudah terbawa, harus selalu hati-hati, cek ricek apa pun. Semoga dengan campaign ini semua orang bisa jadi nasabah bijak ya.

    ReplyDelete
  15. Kejahatan siber ini memang luar biasa.
    Bapak rahimahullah dulu hampir kena juga, kak.. Berasa kaya di gendam gitu, kaya yang percaya banget.

    Semoga dengan edukasi dan menjadi nasabah bijak bisa lebih banyak membaca dan belajar dari kasus-kasus yang sudah terjadi selama ini.

    ReplyDelete
  16. Cyber Crime ngerii yaa sekarang bener2 banyak akal banyak.celah. Apalagi hidup lagi susah apa2 naik, baru recovery dr pandemi eeeh bbm naik. Semoga kita semua dilindungi dari kejahatan apapun.

    ReplyDelete
  17. nah ini nih yang jadi pe-er kita sebagai pengguna fasilitas mobile banking ya mak. Yang paling utama sih sikap kita sebagai nasabah harus tetap waspada. karena ga ada yang namanya bebas resiko

    ReplyDelete
  18. Miris banget, akhir-akhir ini kejahatan cyber makin marak
    Kita harus melindungi diri kita dengan menjadi nasabah bijak ya mbak

    ReplyDelete
  19. Kejahatan siber sekarang semakin banyak modusnya. Jangan sampai jadi korban, jadi harus lebih berhati-hati dengan kemudahan internet.

    ReplyDelete
  20. iya mbak, memang modus penipuan siber yang melalui perbankan itu riskan sekali yaa, kadang juga ada email masuk entah bener dari bank atau bukan, jadi ngeri yaa. Jadi bingung mana email bener mana email palsu, jadi memang penting edukasi literasi digital seperti ini yaa agar tidak terkena kejahatan siber

    ReplyDelete
  21. Penting banget ya menjadi nasabah bijak. Jangan mudah percaya dan enggak hati-hati saat menerima pesan atau apapun itu ya. Sayang sekali masih banyak korban karena masih literasi digitalnya masih rendah :(

    ReplyDelete
  22. orang tua kadang lebih rentan ya kena penipuan ini apalagi kayak kasus ditelpon dadakan tengah malam gitu. pas lagi panik tahu-tahu ketransfer deh uangnya. tapi kita juga bisa tak luput dari jebakan karena penipu ini memiliki banyak banget cara dalam penipuannya

    ReplyDelete
  23. Huaa barusan ngalamin mbak. Tapi mau lapor juga ga bisa karena aku transfer nya ke tangan kedua. Kalau aku lapor rekening tangan kedua kah yang bakal dibekukan?:(

    ReplyDelete
  24. Sebenernya yang aku tunggu dari kepolisian Indonesia tuh gerakan sigap bagaimana memberantas kejahatan siber. Kalau di luar negeri satu masalah dituntaskan sampai ke akar baru pindah ngurus lainnya. Polisi kita kadang mager banget huhuhu

    ReplyDelete
  25. Miris deh ketika baca kasus-kasus penipuan seperti ini. Saya pernah juga jadi korban, meskipun bukan transaksi perbankan gini. Kelengahan dan kurangnya kewaspadaan seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin begitu saja mendapatkan uang tanpa memikirkan akibatnya pada orang lain yang ditipunya. Kezeeelll deeehh...

    ReplyDelete
1897012769711992300