0
Home  ›  Tidak Ada Kategori

Jangan Jadi Tetangga Nyebelin

 

Tetangga+masak+Gitu


Hidup bertetangga itu sudah seharusnya menyenangkan. Saling berbagi makanan, informasi, cerita, dan sebagainya. Saling membantu, dan menjaga keamanan dan kenyamanan satu sama lain. Sesekali bolehlah diajak makan bersama di sebuah restoran, atau sekadar makan siomay dan bakso yang enak di Kerinci gitu. Pasti tetangganya bakal senang. Untuk alamatnya bisa tanya deh sama blogger Bengkulu, mbak Elva Nasira. Hehe. 


Yaelaah, jauh amat Mak mau nraktir doank?

Yah, siapa tau, sekalian nraktir wisata gitu. Hehe.


Terkadang saya rindu pada masa kecil saya dulu, sewaktu masih hidup rukun antar tetangga di desa dulu. Ada gotong-royong, saling memberi, dan duduk santai bercerita menghabiskan waktu. Rumah kami sudah serupa markas tempat berkumpul banyak orang. Para ibu-ibu sekitar rumah, anak-anak dari remaja hingga yang masih piyik semua ada.


Kini, semua kegiatan itu sudah tidak ada. Kehidupan di desa mulai berubah, individualisme mulai menyapa. Meskipun saya sudah mulai meninggalkan kampung halaman sejak usia 14 tahun dan hingga kini, jujur, saya sedih, saya merasa kehilangan moment indah itu. Kini semua sudah menjadi kenangan.


Saya tinggal di kota sejak usia 16an tahun. Kehidupan di kota membuat saya terbiasa tanpa mengenal tetangga. Interaksi sangat jarang terjadi, karena saya keluar rumah selalunya hanya untuk kerja, atau membeli keperluan, seperti makan, air galon, atau beli pulsa. Kalau weekend saya memilih tiduran, baca buku atau menonton drama di youtube jika sedang tidak ada kegiatan di luar. Satu lagi, bertemu dengan ibu kost. Ketika ada keperluan atau hendak membayar uang sewa. Tetapi, setiap saya pulang kampung, saya selalu rindu masa lalu itu. Saya tidak ingin kehidupan bertetangga di jaman kecil saya berubah. Saya tetap menginginkan desa kami itu tetap seperti dulu. Saya rindu. *Menulis ini sungguh, hati dan mata saya gerimis.


Membuka Pintu, Buka Rejeki, Buka Jodoh

Pernah satu sore di weekend, saya sedang berada di dalam kamar, Mengunci pintu dan hanya menonton video di youtube, serta membaca novel jika capek nonton. Tiba-tiba nenek (pemilik kostan) mengetuk pintu,

"Idaaa gimana mau dapet jodoh kalau setiap hari menutup dan mengunci pintu terus!" Teriaknya dari luar seraya mengetuk pintu dengan keras. Saya pun membukanya.

"Nah gini, buka pintu yang lebar biar jodohmu datang, rejeki datang!" Lanjutnya.

"Tahyul kali Nek itu." Sahut saya santai.

"Jangan nyebelin deh, dibilangin kok." 

"Wakakakakak. Benarkah saya tetangga yang nyebelin?

"Udah makan belum?"

"Belum, males mau keluar."

"Ya udah nenek ambilin." Ucapnya. Seraya berjalan menuju dapurnya lagi.

"Tuh kan Nek, gak buka pintu aja rejeki saya datang. Wakakak."


Saya memang patut bersukur sekali memiliki ibu kos yang sangat baik kepada saya. Meskipun saya tidak pernah membantu mereka, mereka sangat peduli. Sering ketika saya pulang kerja, kamar bau harum makanan, dan saya dapati ada nasi dan lauk hangat di meja. Nenek dan menantunyalah yang naruh.


Tentang Tetangga Nyebelin

Bagaimana sih tetangga nyebelin itu? Setelah saya rangkum dari beberapa penilaian teman-teman, ada banyak sekali sikap tetangga yang ternyata menyebalkan. Mungkin kita adalah satu di antaranya. Yuk kita simak, agar kalau benar kita adalah salah satu dari mereka, maka bisa segera perbaiki diri dan berubah menjadi tetangga yang menyenangkan.


Pertama adalah, tetangga tanpa perasaan

Salah satu ciri tetangga menyebalkan adalah, dia yang tidak peka terhadap perasaan tetangganya.


Ketika saya mengontrak di Cikarang, saya memiliki tetangga yang hobi sekali mendengarkan musik tarlingan. Setiap hari dia menghidupkan musik dengan sangat keras, tidak peduli waktunya orang sholat atau tengah malam. Saya terganggu, tetapi saya mengalah dengan memilih diam, karena saya tidak ingin bermasalah dengan siapa pun.


Lalu, lahirlah anak sukung kami. Dengan adanya bayi, jelas saya berharap mereka akan mau mengecilkan musiknya, namun mereka tidak peduli. Padahal di kontrakan tersebut, karena temboknya 1 dengan batako tipis, ibaratnya orang berbisik saja terdengar, apalagi menghidupkan musik dengan volume full. Saya ingin marah tentu saja karena bayi saya sering tidak bisa tidur, dan itu semakin membuat saya merasa stress. Tetapi saya tetap tahan diri, dan memilih meminta tolong bapak pemilik kontrakan untuk mengingatkan mereka. Sayangnya tidak mempan.


Rasanya sungguh tersiksa. Yang lebih menjengkelkan lagi, mereka suka lempar batu sembunyi tangan, sehingga terjadi kesalahpahaman antara saya dan bapak pemilik kontrakan. Teganya lagi jemuran yang saya pakai untuk menjemur pakaian mereka robohkan dan tambangnya dipotong kecil-kecil. Mulas dengan segala upaya kesirikan mereka, kami memilih hengkang dari tempat tersebut, dan mencari kontrakan baru. Padahal tempat tersebut terbilang nyaman ditinggali. Tetapi karena tetangga yang egois, saya memilih melipir.


Ini serupa dengan tetangga yang kalau mau masuk rumah pake pijit klakson yang mengagetkan, atau membuka gerendel pintu dengan hentakan. Benar-benar menjengkelkan.


Kedua, Tetangga Yang Suka Kepo

Tetangga jenis ini juga tidak kalah menyebalkan. Dia suka kepo dengan urusan kita. Ingin tahu gaji suami kita, ingin tahu kita dijatah berapa. Bahkan terkadang tidak jarang ada yang berani masuk dapur tanpa ijin. Tiba-tiba aja nongol di depan pintu dapur, melintasi depan kamar yang terbuka, dan seluruh ruangan di dalam rumah.


Suka Parkir Depan Rumah Orang

Pak, Bu, kalo beli mobil sekalian ama garasinya napah? Huhu.


Ini banyak sekali kejadiannya ya, tetangga yang memarkir mobilnya seenak dewek depan rumah tetangganya menghalangi jalan. Ada yang kalau diingatkan segera pindah, ada yang cuek, ada yang malah nambah bikin emosi.


Pelajaran penting buat kita semua ya, kelak kalau membeli mobil agar memikirkan tempat parkirnya. Jadi gak nyusahin orang.


Hal itu serupa dengan pohon yang masuk ke halaman rumah, dan merepotkan tetangganya namun pemilik tidak mau menebang atau sekadar merapikan.


Gampang Panas

Menurut beberapa Mak-Emak, ada tetangga type yang ketika melihat tetangganya beli sesuatu, kulkas, kalung, televisi dan sebagainya, dia akan kepanasan dan esoknya akan beli yang lebih wah dari tetanganya tersebut. Saya sendiri hanya mendengar saja soal ini. Setahu saya, orang membeli barang karena memang butuh. Masak iya ada yang membeli karena tetangganya baru beli? Sia-sia banget. Jadi inget sinetron "Tetangga Masak Gitu?" Hehe.


Kotoran Piaraannya Di Teras Tetangga

Yang ini emang sumpah bikin gemeees. Kadang di teras kan ada kursi buat duduk-duduk ya, eh pas mau selonjoran di sana, ada tai ayamnya, pasti keseel bawaannya. Nambah kerjaan saja.


Tetangga Yang Tidak Peduli

Got depan rumah mampet tidak peduli, padahal sangat mengganggu tetangganya. Air meluah dan bikin banjir misalnya. Juga bau yang kemana-mana.


Ini juga satu paket sama yang suka buang sampah sembarangan. Tetangga terganggu.


Suka Ngomongin Orang

Tetangga seperti ini sepertinya akan terus ada sampai kapan pun ya. Bahkan bukan cuma di lingkungan rumah. Di tempat arisan, di lingkungan kerja, komunitas, di mana pun. Kalau kita tidak cuek dengan type tetangga seperti ini ya bakal makan ati terus. Jadi abaikan sajalah.


Tetangga Yang Suka Meminjam Tetapi Enggan Mengembalikan

Ini juga type tetangga yang sangat sangat menjengkelkan. Sewaktu minjem mah memelas kayak butuh banget. Begitu dipinjankan malah sananya berasa memiliki, sehingga dipakai setiap hari dan tidak mau mengembalikan jika tidak diambil.


Bukan cuma sekadar barang, tetapi semua jenis pinjaman termasuk uang. 


Itulah beberapa jenis tetangga yang menyebalkan versi saya dan beberapa kenalan di maya yang saya rangkum dari komenan status di facebook. Mungkin kita satu di antara yang seperti itu, ayuk kita benahi bareng-bareng. Semoga ke depannya kita selalu bisa menjadi tetangga yang menyenangkan bagi lingkungan kita. Di mana pun kita berada.




13 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS