0
Home  ›  Tidak Ada Kategori

Membersamai Anak Sulung

Membersamai-Anak-Sulung



Blogger Balikpapan kenalan saya, mengulas mengenai meraih kepercayaan suami dalam pengelolaan financial di blognya. Ini membuat sayasemakin bersyukur, karena saya juga memiliki kepercayaan itu dari suami. Senang rasanya.

Istri mana sih yang tidak bahagia peroleh kepercayaan tersebut secara penuh dari suami tercinta? Pasti bahagia banget donk ya, apalagi jika semua gaji suami tumplek blek diserahkan ke kita semua untuk dikelola. Berasa sempurnaa menjadi seorang istri. Iya gak Mak?


Saya sih begitu. Alhamdulillah selama ini suami mempercayakan hal tersebut kepada saya. Berapa pun uang yang dia dapat, pasti diberikan kepada saya semua, untuk kemudian saya bagi ke pos-pos sesuai kebutuhan. Walaupun endingnya, terkadang emak kudu mikir keras agar bisa bertahan buat kebutuhan dapur selanjutnya, sampai mendapat uang kembali. Wakakakak.


Lalu bagaimana dengan pendidikan anak-anak? Dalam hal ini sih meskipun seorang istri sudah diberi kepercayaan penuh, tetap saja gak bisa sendirian melakukannya. istri tetap membutuhkan suami dalam mendidik anak-anaknya. Begitu pula saya yang memiliki dua anak aktif beda karakter.


Ci Sulung yang sangat aktif, kreatif, cerdas dan mandiri, sering membuat emaknya ini merasa kwalahan dan lelah, ada saja idenya setiap hari yang membuat emaknya ini menjatuhkan tangan kepadanya dan teriak-teriak. Duh yaa Allah ampuni aku. Maafkan Bunda ya Nak cantik shalihah.


Meskipun sering menangis saat menyaksikanya tertidur pulas, karena menyesal dan merasa kasihan pada balita 3 tahun itu, saya masih sering melakukannya lagi dan lagi pada keesokan harinya.


itu sebab terkadang, saya benar-benar lelah menghadapinya.


Masih banyak pekerjaan, badan kurang sehat tetapi ci Akak (anak sulung) menambah pekerjaan baru buat emaknya. Berantakin dapurlah, kulkas, kamar mandi, lemari, dan sebagainya. Yang paling menguras emosi adalah ketika dia mengaduk telor, tepung, minyak, sunlight. Ugh... lengket dan licin di mana-mana. Susah dan memakan waktu lama untuk membersihkan. ini sering membuat saya kehilangan kendali diri. Apalagi jika si bayik (si bungsu) ikutan rewel. Duh.


Terkadang belum kelar emak bersiin bagian dapur, eh doi masuk kamar mandi. Di sana, dia kembali "bikin kue ulang tahun" dari bahan, shampoo, sabun cair, pencuci wajah, odol, dan sebagainya. Apa saja yang dia temukan di kamar mandi.


Atau, berantakin lemari.

Sudah sebulan lebih, lemari saya kosong. Isinya hanya beberapa helai saja pakaian. Yang lainnya, masuk keranjang cucian (pakaian bersih yang baru diangkat dari jemuran) semua. Itu karena anak wedok mengeluarkan semuanya, dan kolom lemarinya dia pakai untuk manjat-manjat atau tiduran.


Kemudian, Kabur.

Ini sering membuat saya kalang kabut. Apalagi jika saya sedang tidak memakai jilbab, dan jilbabnya entah kemana.

"Gantungin Mak jilbabnya. Di belakang pintu atau di mana, yang mudah dijangkau kalo mendadak harua keluar." Begitu nasehat sebagian orang yang belum faham anak sulung saya.


Atau, "Simpen dong di tempat yang tidak terjangkau." Yang terkadang membuat saya ingin mengajak mereka untuk melihat kondisi tempat tinggal kami.


"Kunciin di lemari." Ini komentar sama kayak yang kedua. Hihi.


"Taruh di atas Mbak, taruh di ataaaas."


Begitulah, terkadamg saya cerita aktivitas anak karena biar saya sambil theraphy diri agar tidak emosi terus-menerus. Etapi terkadang justru saya berada di posisi "salah dan yang paling layak untuk disalahkan".


Jika sudah berhasil kabur, terlambat sedikit saja mengikutinya, maka dia akan segera sulit dicari. Kalau tidak ke gang sebelah, maka dia akan mainan di gardu yang dekat jalan raya yang sangat ramai kendaraan lewat.


Selain itu, di kampung kami juga ada sungai yang sangat dekat dengan rumah. Jadi membiarkan anak yang aktif keluar tanpa pengawasan sangat mengkhawatirkan, karena dia suka mencari hal baru, dan mudah bosan jika bermain dengan teman-temannya 


Anak Cerdas Yang Kreatif

Di satu sisi saya bangga sama anak sulung kami ini, sejak usia 7 bulan, dia sudah pandai manjat meskipun ketika itu baru bisa berdiri belum bisa melangkah.


Usia 10 bulan mulai jalan. Usia 12 bulan sudah bisa berlari, dan suka mengajak Bundanya main kejar-kejaran. Bicara pun sudah mulai jelas, meskipun terkadang kebalik. Seperti "usus" untuk kata "susu". Sudah pandai bersih-beraih rumah dari sampah. Semua yang tampak seperti sampah dia masukkan semua ke tong sampah. Termasuk sayuran di tampah yang hendak saya masak.


Anak Yang Mandiri Sejak Bisa Berdiri

Anak sulung kami ini juga sangat mandiri. Dia jarang sekali meminta bantuan untuk melakukan banyak hal. Seperti ketika haus, dia akan ke dapur sendiri. Jika dia tidak bisa mengambil, maka akan kembali lagi dan mendorong-dorong kursi untuk dia manjat.


Atau jika hendak mengambil yang di atas, dia akan menggunakan sapu untuk menjatuhkannya.


Semoga sehat terus, Nak. Sukses dan bahagia dunia akhirat. Bunda haruanya sangat bersyukur bisa memilikimu, 


18 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS