0
Home  ›  Tidak Ada Kategori

Forum Lingkar Pena Hong Kong, Dulu Dan Kini


Ridho, ikhlas, itu emang sulit. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa merasakan kemudahannya. Orang-orang yang Allah karuniai pemahaman iman, ikhsan yang tinggi. Kayak Kak Mutia yang luar biasa kuat dengan anugerah bayi kembarnya yang aktif. Sedangkan diri ini, masih terlalu jauh untuk mampu menggapai itu.

Teman-teman tidak perlu bertanya, kenapa tiba-tiba saya bicara soal ikhlas dan ridho, karena saya akan menjelaskannya. Yang jelas hati saya sedang nyesek. Walaupun tidak senyesek sewaktu kehilangan http://qqcakep.multiply.com dulu. Yang kini telah menjadi kenangan indah bagi saya.

Ini tentang sebuah perjalanan. Ya, perjalanan saya dalam dunia literasi. Saya yang hanya lulusan sekolah dasar (SD), dengan hobi membaca dan corat-coret di sebuah kertas, diberi jalan oleh Allah untuk menjadi 'sesuatu' melalui FLP-HK di jaman itu. Saya masih ingat sekali, ketika satu minggu pagi, ketika saya sedang duduk-duduk di taman Tsuen Wan - Hong Kong, seseorang yang baru datang dari Cause Way Bay datang dan bergabung di taman tersebut.
"Mbak Yuli mana?" Tanyanya. "Sotonya ada gak ya?"
"Ada. Sedang diambil." Sahut saya. Saya tidak mengenal sesembak itu, tetapi kami biasa berkomunikasi antar sesama orang Indonesia di Hong Kong. Bahkan dengan Philipina sekalipun. Mbak itu duduk di kursi beton, di deretan antara kami. Koran yang sedari tadi dia pegang diletakkan di sampingnya.
"Boleh pinjem korannya, Mbak?" Saya meminta.
"Silakan Mbak, ambil saja, saya sudah selesai." Sahutnya.

Hong Kong Namaku Peri Cinta, Wina Karnie DKK, Inspirasi Dunia Sastra Migranku


"Hong Kong Namaku Peri Cinta, Wina Karnie DKK" Itu adalah judul artikel yang saya baca di salah satu halaman berita di koran tersebut. Mengulas sebuah prestasi dan kreativitas beberapa buruh migran yang ada di Hong Kong. Yaitu Wina Karnie, Andina Respati, Syifa Aulia, Swastika Maharani, dan beberapa teman lainnya. Selanjutnya ada nama Helvy Tiana Rosa yang disebut-sebut. Juga sebuah komunitas bernama Forum Lingkar Pena. Sekilas otak saya berputar, saya pernah merasa kenal dengan sosok ini,. Merasa kenal dengan Forum Lingkar Pena (FLP). Kemudian, ya! Saya ingat. Saya membaca profil Helvy Tiana Rosa di majalah Intisari Islam, Hidayah.
"Lalu siapa Wina Karnie? Andina Respati, dan lainnya itu? Kerja apa mereka di sini? Bagaimana mereka bisa menulis? Mahasiswa kah mereka?" Semua pertanyaan itu menyeruak begitu saja di benak saya. Hati saya terasa sakiit sekali. Sesak oleh ketidakpenerimaan diri. Aku bisa menulis. Aku bisa membuat cerpen, aku bisa menulis novel! Begitu jerit hati saya ketika itu. "Tapi bagaimana?"
"Ciee yang lagi baca koran, serius amat ampek nangis gitu." Mbak Atik, teman yang liburan bersama setiap minggunya tiba-tiba sudah ada di samping saya.
"Mereka berkarya Mbak. Mereka menulis buku. Aku bisa menulis seperti mereka. Aku bisa menulis buku." Dada saya makin sesak oleh sesenggukan. Saya menangis. Hari itu liburan akhir pekan tidak lagi menarik buat saya. Saya murung dan berujung pamit pulangnpada jam 4 sore. Sampai di rumah saya membongkar barang simpanan saya di kamar, kertas kertas tulisan tangan, cerpen. Keesokan harinya saya memberikan kepada Ndari (teman asal Ponorogo yang bekerja pada orang di bangunan sebelah - kami sering bertemu saat mencuci mobil di tempat parkir) agar mebaca karyaku tersebut.

Pertemuan Dengan Forum Lingkar Pena

Seiring berjalannya waktu, saya dan Ndari sering bertengkar. Masalahnya adalah hal sepele, seorang Pria asal Malang yang tiba-tiba sangat saya benci. Ndari sering berusaha menyambungkan obrolan antara saya dan dia karena Ndari ingin kami tetap bersahabat, sedangkan saya entahlah childish banget ketika itu. Saya tidak ingin lagi mengobrol dengan pria tersebut. Alhasil saya dan Ndari semakin jauh. Liburan kami jarang bersama lagi. Walau pun dalam hati terdalam kami, kami sama-sama berat dan ingin selalu bersama. Kami masih saling mendoakan satu sama lain, karena kami saling menyayangi.

Berpisah dengan Ndari, sama bertemu dengan tan sekampung, diajak mengaji bersamanya dalam satu komunitas dakwah dindaerah Mei Foo - Kowloon, Hong Kong. Akhirnya saya bergabung bersama mereka. Saya kembali mengenakan jilbab yang lama saya tanggalkan. Saya yang selama di Hong Kong hanya mengoleksi pakaian seksi dan ala tomboy, kembali mengoleksi busana muslim. Sejak itu saya menjadi team dakwah Majelis Muslimah Mei Foo. Menjadi sekretaris dan sempat memegang bagian bendahara.

Sebagai sekretaris sebuah organisasi, saya sering diajak ketua dan disuruh menghadiri undangan rapat atau lainnya. Berkat itulah, sekitar 2 tahun kemudian saya bertemu Forum Lingkar Pena. Masya Allah.

Saat itu saya pulang dari menghadiri rapat kaderisasi Ulil Albab (dibetuk untuk mempersatukan semua organisasi dakwah di Hong Kong, dan memerangi pemurtadan). Beberaoa langkah meninggalkan pertemuan, saat saya melintasi toko penyedia layanan celuler, sebuah tangan menjulur di depan saya.
"Workshop Mbak e." Suara lembut itu ditujukan pada saya ketika saya menerima kertas pemberiannya. Saya pun langsung memperhatikan kertas tersebut. Workshop bersama Habibburrahman El-Shirazy dan terpampang logi FLP di kertas tersebut. What?? Ini Forum Lingkar Pena itu? Yang kubaca di koran dua tahun lalu? Saya langsung merinding. Tanpa pikir panjang lagi, saya samperin yang memberi kertas tersebut.
"Permisi, Mbak."
"Iya Mbak e?" Sahut mereka.
"Ini, FLP yang nulis-nulis itu kan?"
"Iya Mbak." Lalu sahut-menyahut mereka menjelaskan apa dan bagaimana itu Forum Lingkar Pena. Sekitar 30an menit kami bicara, dan saya peroleh pencerahan.

Sore itu, saya pulang dengan rasa bahagia yang membuncah. Segera saya beli sebuah buku tebal, dengan polpen yang nyaman. Lagi-lagi, jam 4 sore saya sudah sampai di rumah. Langsung menulis di buku tebal yang baru saya beli. Saya menulis novel setebal sekitar 300 halaman dalam satu bulan (tulisan tangan yang saya pindahkan ke Microsoft word di laptop pinjeman). Tiga minggu kemudian saya bergabung dengan Forum Lingkar Pena, dengan menyerahkan satu karya cerpen sebagai syarat bergabung di FLP - HK.

FLP - HK, Dulu Dan Kini
Forum Lingkar Pena, FLP-HK, Cintaku di Negeri Jackie Chan, TKW Menulis, Aura Biru Langit Hong Kong

Dan hari ini, FLP Hong Kong tidak ada lagi. Pengurus pusat telah memutuskan menerima pengajuan dari FLP - Hong Kong untuk dibekukan sementara. Jujur hati saya seperti tercabik begitu mengetahui kabar ini. Rasanya sungguh kecewaaa sekali. Ingin rasanya mencegahnya, tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya tidak memiliki hak apa-apa. Apalagi saya memang tidak pernah lagi menjadi bagian di sana, meskipun hati saya, saya tetaplah FLP-HK. Jiwa saya ada di sana.

Dari FLP-HK saya berkarya, dari FLP-HK saya belajar dunia kepenulisan. Meskipun saya tidak lagi diakui sebagai FLP (karena system zonasi), jiwa saya tetaplah FLP HK. I Love You FLP, I Love You FLP-HK. Saya hanya bisa berharap, semoga segera ada lagi yang akan melanjutkan perjuanganmu di negeri Bauhinia tersebut.

Saya tidak tahu apa alasan FLP-HK dibekukan. Tetapi, apa pun itu, saya yakin, keputusan ini pasti tidak mudah dan semoga memang itu yang terbaik.

Tabik
Ida Raihan
Surabaya, Kamis, 18 Juni 2020 (23:57)
29 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS