0
Home  ›  Tidak Ada Kategori

Suweg, Solusi Sumber Pangan Musim Peceklik Dari Hutan

Suweg, manfaat suweg, kaya manfaat, manfaat suweg


Bicara tentang makanan dari hutan, rasanya mampu melambungkan anganku untuk terbang kembali ke masa lampau ketika masih kanak-kanak dulu. Di sebuah kampung yang masih sangat primitif, dengan segala keterbatasan ekonomi, masyarakat yang saat itu memiliki kebebasan menembus hutan, menjadikan hutan sebagai alternatif peroleh makanan untuk menyambung hidup. Hutan adalah sumber  pangan kedua setelah lahan untuk bercocok tanam.


Saat itu, babi, celeng, kijang, kancil, menjangan, ular, ayam, monyet masih berkeliaran, kami merasa semua itu biasa, dan tidak menakutkan. Harimau juga ada, tetapi tidak mengganggu, karena kami juga tidak mengganggu mereka. Kalau pun ada yang berburu binatang, mereka hanya mengambil secukupnya, peroleh satu binatang, sudah pulang, kemudian hasil buruan dibagi rata dengan beberapa warga yang ikut berburu. Itu pun tidak pasti sebulan sekali. 

Manfaat suweg, manfaat iles-iles, manfaat porang

Selain daging binatang buruan, makanan dari hutan lainnya adalah madu dan buah-buahan. Dari hutan kami bisa memetik bermacam-macam buah yang tumbuh liar, seperti; sentiet, cimplukan, manggis, cempedak, durian, rukem, salak, langsep, biji rotan, kemang, jambu monyet, dan lain-lain.

Ada juga lalapan, seperti jengkol dan petai China. Sayuran seperti daun pakis, rebung, bunga harendong, bunga sentiet, bunga dadap laut, daun mengkudu, jamur, dan baanyak lagi. Begitu juga bahan dasar untuk minuman, seperti rosela, temulawak dan lain-lain. Sungguh kekayaan alam tidak akan pernah bisa dihitung jika manusia tidak merusaknya.


Madu, manfaat madu, madu hutan



Umbi-umbian Solusi Musim Peceklik Dari Hutan

Suatu masa, Lampung mengalami kemarau yang sangat panjang. Tanaman di ladang maupun kebun tidak tumbuh dengan sempurna. Alhasil, panen sangat jauh dari harapan. Kerugian dialami semua petani. Kami mengalami peceklik besar-besaran. Bersyukur, hutan yang masih belum tersentuh oleh tangan-tangan nakal manusia memberikan solusi yang luar biasa. Gadung, uwi dan suwek, menjadi bahan makanan selingan singkong dan beras selama berbulan-bulan. Setiap hari Mamak dan Bapak pergi ke hutan untuk mencari Umbi-umbian tersebut. Dan mengolahnya menjadi makanan yang nikmat.

Gadung Camilan Selingan Dikala Santai

Gadung merupakan jenis umbi yang sangat beracun. Jika pengolahannya tidak tepat, konsumsi gadung dapat mengakibatkan pusing, mual dan muntah. Karena itu gadung tidak bisa sembarangan dimakan. Pengolahan gadung pun lumayan memakan waktu. Dari pengupasan kulit, hingga bisa dikonsumsi bisa memakan waktu 3 - 4 hari, karena pengolahan gadung memerlukan fermentasi lebih dulu.




Setelah fermentasi selesai, gadung bisa dibersihkan lalu dikukus, taburi dengan kelapa parut yang sudah dicampur garam, sangat enak buat camilan sore atau buat sarapan. Sementara bila diiris tipis tipis, dijemur hingga kering, gadung bisa menjadi kerupuk yang lezat untuk camilan di kala santai.

Uwi Kukus Penunda Lapar

Bagi kamu yang belum tau apa itu uwi, uwi adalah tumbuhan yang masih satu jenis dengan umbi-umbian. Pohonnya menjalar seperti pohon gadung. Tetapi, berbeda dengan gadung yang agak repot pengolahannya, mengolah uwi jauh lebih gampang. Cukup dikupas, kukus, bisa langsung dimakan. Itu sudah sangat enak. Jika ingin lebih mantap, bisa dicocol dengan sambal, atau ditabur dengan kelapa parut yang sudah dicampur dengan garam. Sayangnya, menurut saya, uwi ini kenyangnya tidak bertahan lama di perut. Jadi ianya hanya cocok sebagai selingan di antara jam makan besar.

Suweg Santapan Lezat Dan Mengenyangkan

Selain gadung dan uwi, ada satu lagi pangan dari hutan. Yaitu suweg. Dikala musim kering rasa suweg sangat enak, dagingnya pulen sedikit lengket seperti ketan. Umbi satu ini menjadi menu favorit saya dibanding kedua umbi di atas, karena selain rasanya yang gurih, suweg bisa membuat perut tidak mudah lapar.


Manfaat suweg, manfaat porang, manfaat iles-iles

Dulu sebelum perkembangan teknologi bertumbuh seperti sekarang konsumsi dari hutan yang kami nikmati hanya sekadar sebagai solusi dari kelaparan. Bagi kami, tidak penting apa kandungan yang ada di dalamnya. Yang terpenting adalah kenyang dan kami selamat.

Bertahun kemudian teknologi mulai membanjiri kampung-kampung, arus informasi begitu cepat menyulap masyarakat yang dulunya sangat tertinggal, menjadi semakin terbuka dan lebih cerdas. Pengetahuan pun meningkat, sehingga masyarakat lebih memahami betapa tumbuhan yang sering ditemui di sekitar, sangat kaya akan manfaat.

Suweg Dengan Segala Manfaatnya

Suweg, atau yang memiliki nama lain Amorphophallus paeoniifolius, dan masih satu keluarga dengan bunga bangkai raksasa ini, sangat kaya manfaat. Misalnya, bisa dijadikan sebagai bahan mie, tahu, konyaku, lem, roti, bahkan hingga kosmetik. Wow.



Selain sebagai bahan pangan, suweg juga bagus untuk kesehatan tubuh, di antaranya:
  • Memenuhi kebutuhan stamina
  • Memenuhi kebutuhan zat besi agar tidak lemas
  • Memelihara dan menjaga tulang dan gigi agar tidak mudah keropos
  • Menjaga daya tahan tubuh terhadap serangan radikal bebas dan penyakit.


Sementara untuk pengobatan luar bisa digunakan sebagai:
  • Penyembuhan luka
  • Menghentikan pendarahan pada luka
  • Mempercepat penuaan bisul dan berbagai penyakit kulit
  • Sebagai anti racun bila tersengat hewan atau digigit ular berbisa.
  • Mencegah peradangan atau pembengkakan

Dan masih banyak manfaat lainnya. Konon katanya, suweg juga bisa menjadi obat kanker.


Hutan Dulu Dan Kini

Sebagai orang yang tumbuh di lingkungan berhutan, rasanya hati ini selalu merasa tercabik ketika menyaksikan berita lenyapnya sebuah hutan akibat keteledoran manusia. Kebakaran hutan, longsor, banjir. Semua menjadi tragedi untuk negeri, khususnya hutan Indonesia yang terus kehilangan bagian tubuhnya.

Jaman kecil saya, hutan bisa dijadikan sebagai sumber pangan yang sehat. Kini hutan telah memberikan warna yang berbeda. Gundul di mana-mana. Saya mengkhawatirkan, anak-anak masa depan tidak lagi kebagian bagaimana serunya berburu kedamaian di hutan, menikmati hembusan angin yang segar. Ah, rasanya semua itu akan terus menjadi sesuatu yang dirindukan. Walaupun, mungkin anak-anak masa depan lebih nyaman bermain dengan gadgetnya ketimbang menikmati kebesaran Tuhan di hutan.

Beruntungnya masih banyak masyarakat yang peduli. Di antaranya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Sebuah organisasi yang konsisten menangani permasalahan lingkungan hidup di Indonesia. Yang terus bergerak untuk mempertahankan keutuhan hutan di negeri kita tercinta.

91 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS