0
Home  ›  Tidak Ada Kategori

Kiat Sukses Toilet Training

"Cara sukses Toilet Training, kiat sukses toilet training, tips sukses melakukan toilet training"

 

Sukses+Toilet+Training

Setiap anak berbeda, dan pasti memiliki keunikannya masing-masing. Catatan ini berupa pengalaman saya, lika-likunya mengajari, hingga sukses menjalani toilet training bersama dua anak perempuan kami, yang kami sebut DUO NIM (singkatan dari nama keduanya)

 

Dua kali menjalani toilet training, memberikan pengalaman yang berbeda.

 

Saat anak sulung, hingga usianya lima tahun saya masih menggunakan popok sekali pakai untuknya ketika tidur. Sedangkan siang, hingga usianya dua tahun lebih. Memang agak lambat, tetapi saya yakin, usia tidak bisa dijadikan patokan untuk anak menjalani sesuatu, karena memang kesiapan anak juga berbeda-beda.

 

Sebenarnya ketika usianya satu tahun saya sudah mulai mengajarinya, tetapi gagal, karena dia sepertinya belum siap. Apalagi kami masih tinggal di kontrakan petakan yang lumayan sempit, sementara anak sulung kami, merupakan anak yang sangat aktif, terutama dalam hal memporak-porandakan isi rumah. *Emak lebay.

 

Ini serius sih. Semua yang ada di dalam rumah tu setiap hari diberantakin sama si sulung. Termasuk lemari pakaian yang ia keluarkan semua isinya, perabot dapur, hingga stok makanan yang sering kebuang karena dipakai buat mainan sama dia. Sebab itulah saya gagal di percobaan pertama toilet training dia. Kan gak seru kalau pakaian satu lemari dikeluarin, kemudian dia pipisin. Bisa nangis guling-guling sayah. Wakakakak.

 

Lalu di usia dua tahun, saya mencoba lagi. Lagi-lagi gagal. Saya menyerah. Saat itu saya sedang hamil dan mudah lelah, rasanya belum sanggup ketika mengajarinya toilet training, sebentar-sebentar mengajaknya ke toilet, tetapi di toilet dia tidak mau pipis. Begitu diajak keluar lagi, dia mengompol di lantai, sering juga eek di celana yang kemudian ia gunakan untuk mainan dengan tangannya, diolesin ke tembok-tembok, dan sebagainya. Hal itu sering membuat emosi saya semakin memburuk, dan sering uring-uringan sama dia. apalagi jika dia pupnya pas di tempat yang baru saja dia berantakin. Seperti mainan, pakaian dari lemari atau keranjang. Sudahlah terpaksa saya harus mengangkat tubuhnya ke kamar mandi, mengepel, dan masih harus membereskan mainan atau pakaian yang harus dicuci ulang. Akhirnya, saya kembali memberinya popok sekali pakai.

 

Di usia tiga tahun, saya sudah melahirkan anak kedua, sehingga lebih mudah membawa badan ketika harus mengajaknya ke kamar mandi. Apalagi, dibantu ayahnya yang ketika itu terkena imbas dari pandemi Covid-19, sehingga sering di rumah.

 

Yang saya lakukan adalah:




 

Membelikan celana khusus Toilet Training.

Ini tujuannya agar ketika, anak pipis sembarangan, pipisnya tidak akan meleber ke mana-mana. Kalaupun tembus ya hanya sedikit saja di bawahnya, karena celana toilet training memiliki kemampuan menampung air (tergantung kualitas juga), sehingga pekerjaan emak mendampingi buah hati menjalani toilet training tidak terlalu berat. Celana toilet training juga akan membuat anak yang memakainya merasa tidak nyaman, sehingga ia akan lebih mudah diberitahu jika pipis atau eek di celana itu tidak nyaman, dan bisa diarahkan untuk ke toilet.

 

Untuk anak sulung, ini tidak efektif, karena dia betah meskipun celananya basah atau ada eeknya. Berbeda dengan anak kedua yang basah sedikit saja merasa risih dan meminta ganti.

 

Perhatikan Jarak Waktunya.

Hal ini agar kita tahu, berapa lama jarak pipis satu ke pipis berikutnya. Setiap anak tidak sama. Anak kami yang sulung satu jam bisa dua sampai tiga kali. Berbeda dengan adiknya yang satu jam bisa tempat sampai lima kali. Adeknya doyan banget minum, kakanya tidak.

 

Sabar Dan Telaten.

Sering-sering ditanya, “Apakah mau pipis?” itu yang saya lakukan untuk melatih kedua anak kami. Jika mereka belum mau, maka saya akan tetap mengajak mereka ke toilet jika waktunya sudah sesuai hitungan pipis mereka. Kemudian saya akan menyuruh jongkok dan menungguinya hingga mereka benar-benar pipis.

 

Dengan anak sulung, saya sering kecewa, karena gagal melakukan ini, padahal jarak waktunya juga sudah sesuai. Alhasil saya masih harus bersabar lagi, sering mengepel dan membersihkan eeknya hingga usianya hampir empat tahun. Sedangkan dengan anak kedua, dia selalu pipis setiap diajak ke toilet.

 

Hindarkan Mainan Yang Melenakan

Salah satunya adalah gadget. Dua anak kami ketika sedang asik bermain gadget, selalu lupa meminta ke toilet, terutama jika saya juga lupa mengajakanya ke toilet karena sibuk dengan pekerjaan saya. Tahu-tahu pakaian dan kasurnya sudah basah oleh pipisnya sendiri. Anak sulung hingga usia hampir lima tahun masih seperti ini. Biasanya setelah itu saya tidak memberikan kembali ponselnya. Membiarkannya menangis, hingga menemukan mainan lainnya.

 

Begitu juga anak kedua, dia sering lupa ketika sedang bermain ponsel. Bedanya anak kedua lebih mudah dibilangin, sedangkan kakaknya cuek.

 

Memujinya Setiap Kali Berhasil Pipis di Toilet

Anak-anak juga membutuhkan pengakuan. Memberikan pujian akan sangat efektif membantu mereka meningkatkan semangat untuk mencapai suatu tujuan. Mereka akan termotivasi. Memberikan pujian ketika anak berhasil pipis di toilet, membuat mereka bahagia, sehingga mereka akan semakin berusaha untuk segera bisa melakukan itu.

 

Pujian ini sangat membantu percepatan toilet training untuk kedua anak kami. Meskipun anak sulung selalu menolak, dan hingga saat ini masih sering pipis dan eek di celana, setidaknya dia sudah bisa ke toilet sendiri, dan dia terlihat bahagia ketika kami puji setelah melakukan itu.  Dan sekarang, pada saat tidur, dia juga mulai bisa tanpa memakai popok lagi.

 

Sedangkan anak kedua, dia lebih cepat belajarnya. Saya yang semula pesimis akan berhasil melatih dia menjalani toilet training diusia dua tahun, ternyata keliru besar. Justru dia sudah sukses toilet training di hari ke empat. Dia sudah bisa berjalan dan meminta sendiri ke toilet, ketika kebelet pipis dan eek. Hanya saja, emaknya harus menyediakan waktu dan tenaga lebih untuk mengimbanginya, karena dia bisa ke toilet empat sampai lima kali dalam satu jam. Anak kedua belum bisa nangkring di atas toilet sendiri, juga belum bisa cebok, sehingga masih membutuhkan bantuan.

 

Serunya lagi, setiap kali pipis, anak kedua ini akan menaruh celananya di keranjang pakain kotor, sehingga emaknya kudu sabar mencuci banyak celana dalam setiap hari. Untungnya sih pakai mesin cuci. Hehe..

 

Bagaimana Pengalamanmu toilet training, Mak? Yuk sharing di kotak komen.


32 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS