0
Home  ›  Tidak Ada Kategori

COVID-19 BELUM BERAKHIR


Sejak diumumkannya berakhirnya masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan beralih kepada new normal atau kenormalan baru, sebagian masyarakat yang sudah mulai merasa jenuh setelah sekian bulan bertahan di rumah aja menyambut dengan gembira. Karena dengan adanya kenormalan baru artinya kegiatan di luar rumah akan kembali diperbolehkan. Benarkah demikian? Faktanya, di luaran memang sudah mulai ramai. Aktivitas mulai berangsur pulih meskipun tetap beda.

Di daerah saya tinggal, new normal sepertinya membawa berkah buat para pedagang keliling. Mereka kembali diperbolehkan masuk kampung dan menjajakan dagangannya. Buah, tahu, kerupuk, pernak-pernik rambut, jajanan dan sebagainya.

Di beberapa tempat wisata juga sepertinya sudah mulai ramai pengunjung dengan peraturan ketat. 

Beberapa warung makan juga mulai ramai kembali oleh pelanggan. Sayangnya ada saja oknum yang secara sadar mengakui bahwa pandemi itu masih ada, namun pada prakteknya seolah-olah pandemi telah berlalu. Tindakan sebagian orang seolah mengartikan new normal sebagai hari kebebasan menebus jenuh selama kurang lebih empat bulan di rumah saja. Padahal COVID-19 masih sangat keras mengancam kesehatan. Buktinya televisi masih menginfokan angka kenaikan pasien yang terkena covid-19 setiap harinya.

Tidak masalah sih mau liburan atau makan-makan di restoran, karena kita memang rindu akan kebebasan seperti dulu, rindu keluar rumah, rindu kongkow bareng teman. Sah-sah saja kan keluar rumah untuk bersenang-senang? Saya pun rindu keluar rumah, menghirup udara segar pepohonan di taman. Rindu menyaksikan anak sulung saya berlarian di play ground dengan teman sementara yang ia temui di lapangan bermain. Saya rindu mengajaknya naik odong-odong, rindu berkumpul dengan teman. Yah receh sih, karena memang saya belum bisa mengajak anak-anak untuk menikmati suasana yang lebih dari itu. Selain pertimbangan biaya, saya type orang yang males ribet bepergian membawa duo balita, ditambah kudu bawa-bawa koper pakaian dan bekal lainnya. Jadi sementara saya memilih yang ringan saja dulu. Asal anak senang.



Bijak Menyikapi New Normal
New normal memang peluang untuk kita menghempas jenuh selama di rumah saja. Tetapi, bukan berarti boleh semau kita. Apalagi menyamakan dengan kondisi sebelum ada pandemi. Karena itu harus pandai menyikapinya. Meskipun pergi berlibur tetap harus hati-hati karena covid-19 belum berlalu.

Menyambut new Normal Ala Saya
Saya sendiri sudah beberapa kali minta diantar suami pergi ke pasar untuk berbelanja kebutuhan dapur, tentu saja saya berusaha semaksimal mungkin tidak bersentuhan dengan pengunjung pasar lainnya. Apalagi, penjual sayuran keliling pernah cerita ada beberapa orang pasar yang positif terpapar corona. Serem kan? Tetap khawatir meskipun bukan pasar yang saya kunjungi. Biasanya sepulang dari pasar saya langsung mengganti pakaian luar yang saya kenakanmencucibtangan, kaki, dan wajah. Baru kemudian menuju dapur atau menemui bayi saya.

Selanjutnya hal lain yang saya lakukan dalam menyambut new normal adalah:

Mencari Tempat Yang Sepi Untuk Dikunjungi
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, saya rindu mengajak anak main di luaran. Saya menyambut gembira ketika suami mengajak refrashing sederhana. Mengajak anak bermain di tempat terbuka yang banyak pepohonannya. Sebuah taman yang sepi pengunjung tentunya.

Memilih Hari Kerja Agar Tidak Berdesakan
Iyah, kami bisa jalan-jalan di hari kerja, karena suami tidak terikat pada pekerjaan. Awalnya suami saya adalah driver ojek online. Tetapi kami beruntung, terkadang doi dipanggil expedisi untuk membantu mengirimkan paketan jika sedang terjadi penumpukan. Yah meskipun sering kosong, tetapi itu lebih baik dari pada menunggu penumpang ojek di musim pandemi ini.

Jalan-jalan di hari kerja seperti hari Senin biasanya mal dan tempat wisata akan sepi pengunjung, itu adalah kesempatan baik buat kita jalan-jalan. Hehe… sekali lagi buat yang tidak terikat kerja yaaa. Hihi.

Tidak Perlu Terlalu Sering
Meskipun kerja suami tidak pasti. Yang jika dipanggil maka berangkat kerja, jika tidak dipanggil ya di rumah aja, tetap kami tidak selalu keluar rumah saat doi tidak dipanggil. Kami harus tahu prioritas. Yaitu kesehatan lebih penting, karena itu jika tidak terpaksa karena sebuah kepentingan maka kami tidak keluar. Jalan-jalan tidak perlu sering-sering kan? Bisa seminggu sekali, dua minggu, atau sebulan. Kami sih tidak pasti sebulan sekali.

Hindari Kerumunan
Menghindari kerumunna ini sudah pasti wajib ya. Karena kita tidak tahu, di antara sekian orang, mana yang kondisinya sedang tidak baik.

Tetap Patuhi Protokol Kesehatan
Masker, cuci tangan, fisical distancing, face shield dan sebagainya. Kita bisa keluar dengan aman selama tetap mematuhi protokol kesehatan.

26 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS