0
Home  ›  Tidak Ada Kategori

Ramadhan Ditengah Pandemi Covid-19

Ramadhan Di Tengah Pandemi covid-19


Menjalani puasa Ramadhan dengan segala keunggulan yang akan diperoleh adalah impian semua kaum muslimin di manapun berada. Pahala yang berlipat dengan segala kebaikan yang diperbuat. Berkah di mana-mana. Seperti yang ditulis Mbak Enny Luthfiani dalam blognya, Berkah Ramadhan.


Namun, tahun ini berbeda. Ramadhan tidak lagi penuh ketenangan. Tidak lagi terdengar lantangnya suara bilal menyerukan sholawat di setiap dua rakaat sholat terawih. Dan tidak juga terdengar suara tadarusan. Hingga mendekati hari kemenangan. Yang ada di mana-mana merasakan adanya ujian.

Beberapa teman yang bingung mau masak apa karena terkena dampak corona, teman yang sedih tidak bisa bertemu orang tua, teman yang sedih karena tidak bisa bertemu keluarga.

Pun kami. Ya kami juga menjadi salah satu di antara yang menjalani Ramadhan dengan ujian terdampak covid-19. Awalnya saya tidak begitu memusingkan kondisi kami, karena saya percaya rejeki Allah yang akan menghandle semuanya. Saya percaya, Dia tidak akan membiarkan kami kelaparan. Masya Allah, benar saja, rejeki kami justru semakin berlimpah meskipun tidak dalam bentuk uang. Kami sehat semua dan sama sekali tidak kekurangan makanan. Ramadhan masih bisa kami lanjutkan dalam kebahagiaan.

Terdampak Covid-19
Sebagai driver ojek online, jelas pendapatan suami sangat terpengaruh dengan mencuatnya isu covid-19. Namun, sepakai orang yang paling bertanggung jawab dalam urusan nafkah seluruh keluarganya, dia tetap harus melanjutkan perjuangan di jalanan. Meskipun tahu seberapa besar bahayanya penyakit virus satu ini, suami tetap harus berpenghasilan. Karena itu dia tetap menjalani profesinya dengan membawa barang serta penumpang agar tetap peroleh rejeki untuk keluarga di rumah. afalah betul, bahwa pendapatan dari ojek turun drastis, namun hal itu tidak membuatnya menyerah. Dia terus berusaha. Setidaknya orderan Grab Food masih bisa diandalkan.

Ramadhan Dan PSBB
Ramadhan tiba. Jika sebelumnya penumpang mulai sepi, karena banyak orang yang takut untuk naik ojek, suami masih bisa peroleh penumpang via kiriman barang dan pesenan makanan, setelah Ramadhan datang, tidak ada lagi orang memesan makanan. Orderan semakin sepi, karena sedikit sekali orang yang masih mau naik ojek. Lalu undang-undang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diumumkan, tepat empat hari setelah Ramadhan. Drive ronline dilarang membawa penumpang. Didukung dengan lenyapnya fitur untuk penumpang memanggil driver ojol. Ojek online pun komplit jarang bisa beroperasi. Karena tidak selalu ada kiriman barang. Tidak ada lagi penumpang tidak juga order makanan.

Lebih Lama di Luaran
Dalam kondisi yang serba dibatasi, akhirnya dengan sendirinya, jam di luarnya suami menjadi lebih panjang. Pagi terkadang berangkat jam 09:00 pulang bisa sampai di atas jam 22:00. Bahkan semakin sering pulang mendekati jam 12 malam. Saya, meskipun keberatan akhirnya harus merelakan.

Kami tidak sendiri. Hal semacam ini dialami oleh ribuan orang lainnya. Nasib kami mungkin lebih beruntung, karena meskipun belum bisa menutup semua kebutuhan saya masih bisa peroleh uang belanja dari kegiatan di sosial media dan blogging. Sementara di luaran sana, ada ribuan, bahkan mungkin jutaan, yang tidak ada pemasukan sama sekali selain dari ojek online. Dan kini mereka harus berjuang melewati masa-masa sulit ini. Semoga pandemi segera berlalu.



Berbuka Sendirian
Seharusnya saya sudah terbiasa dengan kesendirian. Saya sudah menjalani kehidupan dengan kesendirian selama kurang lebih 20an tahun. Seharusnya saya sudah terbiasa. Dan memang itu terjadi. Banyak Ramadhan telah saya lewati dengan berbuka dan sahur sendirian. Sejauh itu, tak pernah ada rasa sedih maupun hampa. Begitu pun Ramadhan kali ini. Ketika saya harus merelakan suami yang mencari nafkah di luaran hingga larut malam, saya harus bisa mengurus semua di rumah sendirian. Beruntung ada ibu mertua yang terkadang membantu memegang si bungsu Nadine, ketika saya sedang sibuk berurusan dengan pakaian dan kakaknya yang super aktif.

Hingga beberapa waktu lalu, saya membaca postingan salah seorang sahabat, tentang "Ramadhan yang berbeda". Entah kenapa air mata ini seperti menyeruak ingin keluar. Saya merasakan kehampaan.

Ketika beberapa teman dan suaminya work from home (WFH), sehingga bisa berkumpul dengan keluarga di rumah, suami saya justru harus berjuang di luar rumah dengan segala upaya. Alhamdulillahnya, suami peroleh kerja sampingan dari ekspedisi yang tengah overloads. Alhasil kami tidak kekurangan untuk biaya kebutuhan selama Ramadhan. Rejeki dari arah lain pun terus-menerus datang. Alhamdulillah.

Sejak menikah hampir 6 tahun lamanya, kami selalu melakukan banyak hal bersama. Dari mencari nafkah hingga mengurusi urusan rumah tangga. Makan dengan piring yang sama, sepiring berdua. Jadi, meskipun berusaha cuek, dengan kesendirian saat berbuka, begitu ada pemicunya saya langsung merasa hampa. Ingin kembali bisa bersama-sama. Membangun usaha dari rumah seperti dulu. Sayangnya saat ini kami harus bersyukur dengan apa yang ada. Karena ada banyak karunia yang harus terus disyukuri ketimbang hanya menggerutu dengan kondisi yang ada. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang akan kamu dustakan?

Maaf ya Teman-teman, tulisan saya kali ini murni curhatan semata. Abaikan jika tisak ada yang bisa dipetik manfaatnya. Karena sayanhanya ingin mengabadikan, moment Ramadhan kami di tengah musim pandemi covid-19 ini.

Selamat Menyambut Hari Raya Iedul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Tabik
Ida Raihan
Surabaya, Jum'at, 22 Mei 2020 (05:37)
16 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS