0
Home  ›  Kehidupan  ›  Keluarga  ›  Kisah Nyata

Taman Botanic Jababeka



Penuh dengan warna dedaunan merupakan pemandangan yang paling menarik di Taman Botanic ini. Meskipun sudah berkali-kali kesini, rasanya tetap ingin menghabiskan pagi setiap hari di sini. Sayangnya tidak bisa. Selain suami kerja dan hanya libur di hari Minggu saja, taman ini juga dibuka untuk umum setiap minggu saja (setahu saya).

Tidak ada taman penuh bunga warna-warni. Tidak juga kursi-kursi unik dari kayu untuk bersantai. Taman ini hanya dipenuhi oleh pepohonan, rumput, dan ilalang. Bagi saya ini sangat menarik, mengingati di keluasan kota, tempat yang masih lindung dan alami seperti ini sudah jarang sekali, atau bisa dikata, nyaris tidak ada.



Selain, pepohonan kayu, ada juga pohon turi dan mangga di Taman Botanic. Namun pengunjung dilarang memetik buah apapun yang ada di dalam taman. Hari ini sih sedang tidak berbuah.



Setiap kali kami kesini, taman ini selalu dipenuhi oleh pengunjung. Dari yang hanya jalan-jalan, bersepeda, bermain bulu tangkis bersama keluarga, hingga yang mengikuti senam bersama.



Membawa si kecil kesini juga bisa menjadi salah satu upaya untuk mengenalkan alam kepadanya. Selain udara yang masih sangat segar dengan aroma daun dan embun, dia menikmati sekali ketika ditaruh di pinggir jalan yang kasar, diajak jalan di rerumputan meskipun sempat terkena tajamnya bekas potongan ilalang yang baru dipangkas. Si kecil Nurul terlihat bahagia.



Sesekali ada hiburan dari sesama pengunjung di sini. Seperti pertunjukan ular, permainan panahan dan lomba burung.

Di Taman ini di larang berjualan, jadi kalau mau kesini, sebaiknya membawa bekal minum dan camilan sendiri. But, jangan lupa perhatikan sampahnya.

Itulah sekilas tentang Taman Botanic yang letaknya berdampingan dengan D'Khayangan. Senior Living, The way to enjoy golden age.

Ida Raihan
Cikarang, Minggu, 09 Juli 2017 (19:58)
16 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS