0
Home  ›  Tidak Ada Kategori

Kenapa Kita Sering Memaksa Diri Kuat, Padahal Capek?

"Tak perlu pura-pura kuat, Tips agar tidak cepat lelah, tips agar ibu rumah tangga tetap waras"

Tak-Perlu-Pura-Pura-Kuat


Suatu malam, seorang emak rumah tangga keluar dari rumahnya dengan hati yang remuk. Malam itu ia merasa tak dihargai. Bukan hanya oleh pasangan, tapi juga oleh anak-anaknya.

Suami pulang kerja dalam keadaan lelah. Merasa sudah menunaikan tugasnya mencari nafkah, lalu menganggap rumah yang seperti kapal pecah bukan lagi urusannya.

Anak? Seharian main hape. Begitu ditegur, malah membalas dengan teriakan.

Dikasih tugas tambahan, menyaou lantai saja, langsung manyun. Merasa hidupnya paling menderita, khas anak jaman sekarang.

Sementara si suami pun sama saja. Baru pulang kerja, langsung fokus ke gadget. Saat diminta membantu menghandle anak, jawabannya enteng banget,

“Kenapa sih kamu? Aku kan capek pulang kerja. Kamu di rumah aja seharian.”

Seolah istri tidak capek. Seolah beban istri cuma kipas-kipas sambil nonton drama Korea.

Istri mana yang nggak patah?

Malam itu si emak melipir keluar rumah. Dalam hati berharap suami sadar, peka sedikit kek, datang nyamperin, narik pelan tangannya, ngerangkul. Tapi kenyataannya? Dia masih masa bodoh. Bukannya nyari istri, dia malah tidur duluan sambil mmikir “Ah, nanti juga balik sendiri.”

Dan benar. Setelah dua-tiga jam, si emak pulang dengan hati makin hancur. Suaminya bahkan tidak peduli.

Di titik itu, muncul tekad baru:

Besok nggak akan masak, nggak akan cuci pakaian, nggak akan beberes! Biar mereka tau rasanya.

Tapi begitu pagi datang, Begitu masuk dapur…

Cucian numpuk, piring di westafel penuh, pakaian kotor bejibun, lantai kotor. Jemuran tak tersentuh.

Dan seperti tombol otomatis, seluruh tekad itu runtuh begitu saja.

Nggak tahan lihat rumah kayak kapal habis tabrakan.



Akhirnya, meski lelah, meski hatinya kosong, dia tetap mengerjakan semuanya. Dan saat suami pulang, rumah sudah rapi, baju sudah di lemari, makanan sudah di meja.

Suami tersenyum, penuh kemenangan “Tuh kan, bener kataku.”

Dan dari luar, orang mungkin bilang,

“Duh, bodoh banget si emak!”

Please deh, Mak.

Kenapa sih kita sering memaksakan diri kuat padahal capek?

Padahal pekerjaan rumah itu bukan sepele. Itu pekerjaan yang berulang, nggak ada ujungnya, sambung-menyambung kayak utang cicilan yang nggak kelar-kelar.

Kita kerjakan berdarah-darah, tapi dianggap “gitu doang”.

“Hallah masak gitu aja udah merasa capek?”

Duh…

Makanya banyak istri jadi insecure.

Merasa nggak pantas capek.

Nggak pantas ngeluh.

Nggak layak minta dihargai.

Sampai akhirnya meski lagi marah, lagi perang dingin, lagi kesel setengah mati, tetap aja ngerjain semuanya.

Lelah fisik dibarengin lelah mental

Geregetan, sumpah.

Padahal ya, Mak…

Capek ya capek aja.

Gak usah dipaksain.

Gak usah seolah perempuan itu otomatis punya tombol: 

Sedih? Tahan.

Pengen nangis? Simpan.

Pengen teriak? Jangan, nanti dibilang drama.

Duh, yaa Allah.

Padahal dalam hati, kita cuma manusia biasa yang juga bisa roboh kalau terus-terusan dibentur kenyataan.

Sebagai ibu rumah tangga, tuntutannya dobel.

Harus jadi istri yang baik.

Harus jadi ibu yang baik.

Kadang bangun pagi sambil nahan napas, masih ngantuk, capek, malas bangun, tapi tetap harus jalan. Tubuh maju duluan, perasaan nyusul belakangan.

Masak sambil mikir tagihan.

Nyapu sambil dengerin rengekan anak.

Kerja sambil nahan emosi lihat rumah tetap berantakan.

Mandi pun buru-buru kayak lagi dikejar Thanos.

Sementara laki-laki?

Baru bilang “capek” dikit aja langsung dimaklumi semua orang.

Emak-emak?

Baru curhat sedikit, langsung dicap sensitif, drama, kurang bersyukur.

Padahal yang mereka kerjakan tiap hari itu multitasking level dewa.

Huhu…

Pernah nggak, duduk lamaaa di lantai dapur cuma buat mikir, “Aku kenapa sih? Capek banget tapi kok masih jalanin semuanya?”

Jawabannya sesederhana.

Karena perempuan terbiasa menaruh dirinya di urutan terakhir. Takut merepotkan, takut dibilang nggak mampu, takut dianggap ibu gagal. Makanya memilih diam. Padahal dalam hati sudah mau roboh seperti tembok tua dimakan zaman.

Padahal ya, Mak…

Kita boleh capek loh.

Boleh bilang “aku butuh istirahat.”

Boleh rebahan tanpa rasa bersalah.

Boleh nangis tanpa harus bikin alasan.

Kita bukan robot. Bukan pahlawan super, meski kadang terasa begitu. Kita cuma manusia yang sedang berusaha jadi versi terbaik dari diri sendiri.

Kadang, menjadi kuat itu bukan soal berdiri paling tegak. Tapi berani mengakui bahwa kita lelah. Dan memilih istirahat sebentar supaya bisa bangkit lagi.

Ingat ya, Mak.

Kalau hari ini kamu capek, istirahatlah.

Kalau kamu pengen diam tanpa alasan, itu sah-sah aja. Kalau mau meluk diri sendiri lama-lama, lakukan.

Boleeeeh, pokoknya boleh banget!

Jangan tunggu ambruk baru sadar kalau tubuh ini butuh rehat. Tubuh punya hak sehat. Hati punya hak bahagia.

Jangan terlalu memaksakan diri menjadi kuat terus.

Kalau kamu terus memaksa diri kuat, nanti siapa yang peduli? Siapa yang ngumpulin serpihan hatimu kalau pecahnya kebangetan?

Hidup berumah tangga bukan kerja satu orang. Lelah dan tanggung jawab harus dipikul bersama.

Dan kamu, Mak…

Sudah berusaha lebih dari cukup. Hargai dirimu sendiri jika orang lain tak menghargaimu.

Bahagiakan dirimu sendiri jika yang kamu harapkan tidak peduli.


Post a Comment
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS