0
Home  ›  Jalan-jalan

Cameron Highland, Wisata Impianku Bareng Traveloka

"Wisata cameron highland, Cameron Highland, wisata bareng traveloka, tiket murah, destinasi wisata, rekomendasi tempat wisata,"

 

Cameron-Highland-wisata-impian-bareng-traveloka

 

Mari kita awali postingan ini dengan hayalan lebih dulu. Anggaplah ini sebuah mimpi, siapa tahu ‘kan, kelak Traveloka bisa mewujudkan impian saya ini. Sebuah keinginan untuk mengunjungi salah satu tempat wisata di negeri jiran, Malaysia, dengan cara saya sendiri.

 

Cameron Highland adalah salah satu tujuan wisata di Malaysia yang selalu memukau mata para wisatawan, dengan keindahan alamnya yang hijau berupa perkebunan teh sejauh mata memandang, membuat saya ingin kembali ke sana sekali lagi. Maklumlah, meskipun sudah pernah ke sana, saya sama sekali tidak puas, dan merasa kurang menikmati. Pasalnya kepergian saya di Cameron Highland saat itu bukan tujuan maupun liburan saya sendiri. Namun saya diajak oleh bos saya. Saat itu saya masih bekerja sebagai pembantu di keluarga etnis China yang kebetulan suka sekali traveling. Hampir setiap masa liburan mereka selalu ke luar negeri untuk jalan-jalan, dan saya diajak serta. Jelas tidak banyak yang bisa saya lakukan, karena saya harus mengikuti jadwal dan rencana boss saya yang memang hoby traveling. Yah, apa lagi kalau bukan buat bawa-bawa tas ransel dia. Huhu… anggap aja tugas negara yak. Wakakakak.


Sejujurnya saya tetap menikmati momen itu. Hanya saja memang tidak puas. Sebab itulah saya ingin kembali ke sana lagi, memuaskan diri dan menikmati keindahan pemandangan alamnya dengan cara saya sendiri. Saya ingin melakukan traveling dengan itinerary yang saya susun sendiri. Melakukan apapun yang saya suka di sana. Oh God, please do Your magic to me! *sambil ngelirik Traveloka sih ini. Wakakakak.

 

Wisata Luar Negeri Oke, Dalam Negeri, Iya Juga Dong!

 



Dengan memiliki impian berwisata ke luar negeri, bukan berarti saya tidak memiliki keinginan untuk mengunjungi yang di Indonesia dong.


Okayh, sementara kita simpan dulu keinginan berkunjung ke Cameron Highlan, di dalam sanubari terdalam. Ya, meskipun saya sangat ingin ke sana, bukan berarti saya tidak membayangkan tempat wisata di negeri sendiri. Apalagi destinasi wisata di Indonesia juga tidak kalah menarik dari luar negeri. Tentu saja ada beberapa tempat wisata lokal yang sangat ingin saya kunjungi. Salah satunya adalah Dataran Tinggi Dieng.


Dari banyak review yang pernah saya baca, Dieng tampak menyuguhkan panorama alam yang sangat indah. Kabarnya, selain masih asri, dataran tinggi Dieng juga memiliki banyak situs sejarah, artefak dan candi Hindu. Ditambah keindahan Negeri di Atas Awannya juga super duper cakeep, siapa yang tidak mupeng untuk mengunjungi tempat tersebut? Nah saya ingin bisa menikmatinya secara langsung, dan membuat review sendiri, setelah sekian banyak cerita dan gambar yang saya temukan di artikel teman-teman blogger. Doakan ya Man-teman, semoga bisa terkabul. Aamiin.

 

Liburan Tipis-Tipis Ala Pekerja Kantoran


Dulu sempat juga punya keinginan untuk jalan-jalan ke Jogja, tujuannya selain Pantai Parangtritis dan Candi Prambanan, saya juga ingin menginjakkan kaki di daerah Sleman.


Hei, ada apa sih di Sleman?  Nggak ada apa-apa sih. Hanya saja, saya memiliki suatu nazar, yaitu menginjakkan kaki telanjang saya di atas tanah Sleman. Hah? Ngapain, Da?


Hehe…  ceritain gak yaaa… 

Cerita aja deh.


Sleman adalah kota kelahiran sosok yang pernah spesial bagi saya. Namun kami memang tidak ditakdirkan. Kemudian saya bernazar, “jika memang takdir kami tidak untuk bersama, maka, setidaknya saya akan tetap menginjakkan kaki di tanah kelahiran dia”. Huhu… sebucin itu saya dulu tu. Duh semoga suamiku tidak membaca ini. Huhu,  maafkan akuh ya, Suamiku tersayang, itu hanya kisah masa lalu istrimu inih. Sekarang sudah ada dirimu satu-satunya di hatiku. Kaulah hidupku. Wakakakak, lebay!

 

Kini niat itu sudah tercapai. Saya sudah menepati janji untuk menginjakkan kaki telanjang saya di atas tanah Kota Sleman. Saat itu, saya dan dua orang teman satu kantor, ditugaskan untuk melakukan sosialisasi "mandiri di negeri sendiri", untuk daerah Jawa Tengah. Jadi kami sekalian memanfaatkan  kesempatan itu untuk liburan tipis-tipis. Mengisi waktu senggang di sela-sela jadwal, dengan pergi ke beberapa tempat wisata. Salah satunya adalah Jogja, yang kami lakukan seiring perjalanan pulang ke Jakarta.


Sementara keinginan ke Pantai Parangtritis dan Candi Prambanan hingga saat ini masih belum tercapai, tetapi keinginan itu sudah tidak semenggebu dahulu kala. Kami memang sempat tiba di wilayah candi Prambanan, tetapi karena sudah malam, jadi sudah sangat sepi, akhirnya kami tidak jadi masuk.


Menjelajah Wisata Bandung




 Setelah sempat mengunjungi beberapa wilayah Jawa Tengah dan Jogja, selanjutnya kami meluncur ke Bandung. Kali ini bukan tugas kantor lagi, melainkan memang murni liburan. Yah lagi-lagi bukan traveling pribadi sih, masih rombongan dari kantor, tetapi lumayan bisa jalan-jalan dan mengusir penat setelah berbulan-bulan bekerja.


Saat itu kami rombongan dua mobil, meluncur dari Jakarta menuju Bandung setelah azan asar. Awalnya perjalanan kami sangat lancar, hanya dua kali berhenti untuk membeli minuman di tepi jalan. Sayangnya, ketika hampir sampai di kota tujuan, kami justru terjebak macet hingga durasi perjalanan bertambah satu jam lebih dari waktu yang dijadwalkan. But, it's oke. Life must go on. Perjalanan tetap lanjut, maksudnya. *nyengir kuda.


Setelah terlepas dari kemacetan, kami langsung mencari makan malam, kemudian langsung ke hotel dan istirahat.


Keesokan harinya, setelah sarapan, kami pergi ke Tangkuban Perahu, Kawah Putih, Floating Market, dan De Ranch. Nah di De Ranch inilah saya mengalami musibah. Yang hingga kini menjadi kenangan yang tidak enak bagi saya. Saya jadi trauma terhadap kuda. 

 

Ceritanya saat itu, setelah dari Tangkuban Perahu kami langsung meluncur ke De Ranch. Beberapa teman memilih wisata air, sementara saya dan suami menuju tempat di mana beberapa kuda berkeliaran di hamparan rumput hijau sambil makan. Kami mengambil poto beberapa kali bersama kuda yang paling besar dan terlihat gagah. Kebetulan saat itu saya juga sangat ingin mempunyai kuda dan bermimpi bisa menungganginya. Sayangnya, hal itu sepertinya tidak akan pernah terwujud dalam hidup saya. Saya trauma terhadap kuda.


Setelah selesai dengan beberapa poto, kami berniat pergi. Saat itulah tiba-tiba ada yang menyambar lengan kanan saya. Beberapa saat saya tidak paham apa yang terjadi. Kemudian saya merasakan sakit bukan main. Begitu saya sadar, lengan saya sudah berdarah dan perlahan membengkak. Saya digigit kuda, Gaes. Alhasil saya langsung diantar ke rumah sakit terdekat, dan masuk UGD. Huhu… niat liburan malah peroleh perawatan!


Sejak kejadian itu, saya jadi takut setiap kali melihat kuda. Apalagi jika kudanya seperti melihat ke arah saya, dada ini langsung berdegup dengan kencang. Seperti sebuah warning, bahwa saya harus segera menghindar darinya. Huhu...

 

#LifeYourWay Bareng Traveloka


Seperti yang sudah saya singgung di paragraf kedua tulisan ini. Cameron Highland adalah impian saya sejak lama. Saya ingin bisa melakukan traveling secara mandiri ke sana. Namun karena banyak hal, saya selalu harus mengalah mengalokasikan tabungan untuk keperluan lainnya. Seperti berkunjung ke orang tua yang jaraknya nun jauh di Lampung sana, kebutuhan berobat, hingga kebutuhan sekolah anak-anak. Alhasil mimpi bisa mengunjungi tempat-tempat impian harus saya ikhlaskan lebih dulu, mengendap di dasar hati terdalam, sambil terus berdoa, agar kelak diberi kesempatan untuk kembali liburan ke sana, bareng Traveloka dan mengajak keluarga. Duh baru ngebayangin aja dah terasa serunya.

 

Alasan Memilih Cameron Highland


Pic. Unsplash

Liburan atau traveling secara gratisan karena ajakan orang lain, terkadang memang banyak tidak enaknya. Belum puas menikmati panorama di satu tempat, sudah diajak berpindah ke tempat lainnya. Belum puas gegoleran nyaman di atas kasur hotel yang empuk, sudah diajak berkemas untuk berangkat. Bahkan ketika makan, seringnya juga tidak bisa memilih apa yang dimau, karena mereka sudah menentukan reatoran mana yang akan dimasukin. Sedih kan? Pastinya, dan itu semua menjadi PR bagi diri saya sendiri untuk bisa menebusnya suatu saat, “liburan dengan cara aku sendiri”.


Sisi positifnya, dan yang membuat saya harus bersyukur, saya jadi tahu dan berkesempatan mengunjungi beberapa kota di Negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Macau, dan keliling tempat wisata di Hong Kong. Juga bisa membeli oleh-oleh secara gratis.

 

Banyak negara yang cantik untuk dikunjungi, mengapa saya memilih Cameron Highland lagi, padahal sudah pernah ke sana?


Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, saya belum puas mengeksplorasi keberadaan wisata alam yang sejuk itu. Beberapa alasan lainnya adalah


  • Rindu Aroma Tangerine Tea 

Jika mau berusaha, tangerine tea pasti bisa juga didapatkan di Indonesia. Tetapi tentu sangat berbeda jika kita menikmatinya langsung di tempatnya memproduksi, disertai hembusan angin segar yang menerpa wajah, dengan aroma sedap daun teh yang manis. Ditambah dengan nikmatnya camilan khas Malaysia, curry puff yang berisi telur dan kentang. Saya merindukan itu semua.


  • Cocok Untuk Ngadem Dari Hiruk-Pikuk Kota

Entahlah, jika jenuh melanda dengan hiruk pikuk perkotaan, lelah dengan permasalahan hidup, rasanya saya ingin sekali langsung terbang ke Cameron Highland. Pikiran saya langsung berkhayal, andai bisa duduk nyaman di salah satu kursi yang berada di dataran tinggi Cameron Highland…, ah sungguh, pikiran saya hanya dipenuhi tempat wisata satu itu.


Saya sudah pernah ke puncak Bogor. Merasakan dinginnya udara dan air di Bogor, tetapi saya tidak pernah berkeinginan untuk kembali ke sana. Saya hanya merindukan Cameron Highland. Membayangkan diri saya duduk di ketinggian, menyeruput teh, sambil menikmati hembusan angin segar, serta indahnya pemandangan hijau meliuk bak ombak laut, memukau sejauh mata memandang.


  • Kuliner Malaysia Dan Kebun Buah Uniknya

Makanan Malaysia yang paling saya rindukan adalah chicken rice Hainan. Konon katanya makanan satu ini kepemilikannya menjadi rebutan antara Singapura dan Malaysia. Sementara di beberapa laman website lain yang saya baca, asal-usul nasi ayam Hainan ini konon dibawa oleh imigran China di Asia Tenggara. Entah mana yang benar, saya tidak peduli. Yang saya peduli, saya laper saat ini, dan ingin makan nasi ayam Hainan di Malaysia.


Wisata ke Cameron Highland sebaiknya memang membawa uang lebih jika ingin menikmati bermacam-macam kuliner Malaysia.


Selain itu hamparan kebun buah juga menambah tempat wisata ini semakin memukau.


Terakhir, mengikuti suara hati, dan memilih sendiri tujuanmu adalah cara untuk bahagia. #LifeYourWay dengan mengikuti gaya dan caramu sendiri dalam mengejar impianmu.


28 comments
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS